Sabtu, 26 Mei 2012

Kala Senja di Ratu Boko..



Sabtu sore, ketika mentari melirik malu dibalik awan.. dan diiringi dengan gemerisik angin sepoi khas pedesaan..aku menginjakkan kaki dan menari bersama gemercik air serta buaian hijaunya sawah yang tertawa dikejauhan..ya! aku berada di alam ratu boko, yang dikenal dengan candinya yang apik, rerumputan yang tertata rapi membalut tubuh candi, dan godaan untuk menikmati gulatan sungai di kejauhan dan goresan awan putih di langit yang menguning..

Kutapaki tangga – tangga berbatu khas batu candi, dengan rerumputan basah di tepi kiri kanannya..tampak jelas suatu pesona yang disajikan kepada pengunjung..sebuah taman rusa yang dikombinasikan dengan genangan air yang dibalut aliran – aliran artistik di pinggiran kolamnya yang dalam bahasa inggris disebut fontain.

Kulanjutkan dakian beberapa anak tangga dalam ke-terhenyakanku, kulihat pintu gerbang candi begitu gagah dan elegan menyapaku dalam senyumnya yang berbinar..tanpa ragu sedetikpun kurogoh ponselku untuk mengabadikan beberapa moment ketika candi masih bermandikan mentari..

Puas dengan kenikmatan batu – batu candi, aku menyusuri beberapa pohon rimbun dan menapaki rumput – rumput hijau, dimana dari kejauhan aku melihat suatu lukisan yang tak pernah buatku terhanyut begitu dalam..lukisan dengan cakrawala merah dan kuning yang membelah sapuan – sapuan sawah hijau yang tertata apik...serta gemersik sungai yang tersapu lirih, sejenak kubiarkan diriku terbuai dalam nina bobok gemuruh alam..burung – burung bermain seolah saling melepas rindu..dan kulihat pesawat penumpang secara perlahan membelok menuju surya..

Tiba – tiba jauh di belakangku kudengar gesekan celurit dengan nyanyian rumput liar yang mengaung bertarung dengan ”pak pencabut rumput” sebagai dalangnya..ya..lelaki dengan keriput di matanya, dan senjata celurit di tangan kanannya..bertopi putih yang menguning karena lusuh bercampur debu..yang setiap 10 menit sekali menyeka peluh yang menetes diantara kedua matanya..ya..”pak pencabut rumput” yang terlihat kelelahan dan terduduk di antara mentari yang mulai memerah .. dengan pengunjung lelaki dan perempuan yang berjalan bermesraan sembari tawa mereka terurai serta tangan yang memeluk pinggang satu sama lain..

Semua adegan tersebut seolah berhenti tatkala mentari di ufuk barat memulai pertunjukannya..pertunjukkan yang memesona semua orang dan menghentikan derap nafas dan kedipan mata untuk beberapa saat...suatu pertunjukan yang seolah mengundang semua makhluk hidup di sekitar candi untuk bernyanyi menina bobokkan mentari.. dan .. kami menikmatinya...sembari menyanyikannya ..



Hingga mentari yang manja terbuai dalam tidurnya.. dan kami tersenyum bersama rembulan dan bintang sebagai selirnya..




Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

0 komentar:

Posting Komentar