Minggu, 10 Juni 2012

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..



        Sabtu wage, ketika berbagai kesuntukan akan rutinitas melanda hariku, akupun segera mengais – ngais di sepanjang lorong kebosanan, terseok – seok  mencoba untuk mencari suatu titik terang yang harus aku dapatkan agar aku dapat keluar dari aura kelabuku..hanya untuk menikmati kesegaran jasmani dalam terpaan sinar mentari..dan kesegaran rohani yang menenangkan kegundahanku..

Jasmani dan rohani? Bagaimana bisa? Ya..aku dengan 3 teman dekatku memutuskan untuk mencari cara untuk memuaskan dahaga kita..melalui ziarah ke Gua Maria Tritis.. tempat suci yang menjanjikan ini terletak di daerah wonosari dimana kita membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari Jogja dengan aroma pagi yang menyeruak dan menghangatkan rongga – rongga tubuhku..

Di sepanjang perjalanan, kita melalui jalanan yang masih tertidur pulas.. dininabobokkan oleh tarian dedaunan mahoni yang berjatuhan...dan diusap oleh perbukitan karst yang tersenyum diterpa mentari pagi..diiringi dengan pemandangan ibu – ibu dengan keriput menghiasi wajah..kain batik lusuh dan jarik yang menutupi tubuhnya..dan menggendong rerumputan didalam bekas wadah beras dipunggung bungkuknya yang kuduga untuk memberi makan ternaknya di rumah..

Dengan bakat petualang kita, tempat suci yang belum pernah kami kunjungi ini akhirnya kami temukan..setelah beberapa saat memarkir motor kita di salah satu pemukiman penduduk yang memang disediakan untuk tempat parkir, kamipun disambut dengan anak – anak tangga berbatu yang membantu kita untuk “sedikit” berolahraga di pagi hari... di sepanjang perjalanan anak – anak tangga berbatu itu, paru – paruku dimanjakan dengan aroma pepohonan yang semburat kecoklatan, dan mataku terbuai dengan pemandangan hijaunya wonosari yang sayup – sayup terlihat dari kejauhan...

Tak berapa lama, kamipun sampai di Gua yang kami inginkan..dengan stalaktit dan stalakmit yang mempesona..untuk beberapa saat kami terdiam akan keanggunan dan kemolekan dari Gua Alam ini..kulihat di dalam Gua terdapat Altar tempat para Romo membawakan misa..diikuti dengan kursi – kursi kayu panjang yang disediakan untuk para umat..seolah tetesan – tetesan air dari stalaktit ikut menyemarakkan kedatangan kami di tempat itu..tiba – tiba kami mendengar suara ramah seorang ibu tua yang menyambut kami, dengan senyuman keriputnya yang khas, sapu lidi untuk membersihkan dedaunan di tangan, dan tawaran hangat untuk mengambilkan air suci di tempat licin di pucuk Gua yang jarang terjamah oleh sebagian besar peziarah...

Kamipun tak melewatkan waktu kami sedetikpun, bergegas menyiapkan hati kami, duduk, menancapkan lilin dan berdoa di kaki patung Bunda Maria .. untuk sekedar memuaskan kerinduan dan dahaga jiwa kami..ketika merampungkan sesi doa.. teman – teman bergegas untuk mengabadikan diri mereka dan Gua suci itu menggunakan kamera mereka, aku tertarik untuk sedikit berbincang dengan ibu tua yang menyambut kami di awal tadi..

Ibu tua itu bernama Ibu Sisca..tak berapa lama kami berbincang, aku sudah mulai terkagum akan tutur katanya yang begitu rendah hati..dibalut dengan kata – kata sederhana..ibu tua yang tidak menempuh pendidikan formal ini dengan aura kasihnya...memberikan nasehat – nasehat kepadaku..agar dengan sepenuh hati menyelesaikan studiku..demi kebahagiaan orang tua..dan cerahnya masa depanku kelak.. aku merasakan, Tuhan sedang berkomunikasi denganku melalui ibu Sisca.. berkali – kali...ketika dirinya selesai menceritakan kemelut dan lika liku kehidupannya..dimana dirinya yang tidak bersekolah dan bekerja demi mensekolahkan adik – adiknya...ia selalu mensyukuri setiap pengalamannya dengan tanda salib yang dibuatnya ketika selesai bercerita..sembari berkata,”berkat Tuhan...saya yang bodoh dan berdosa ini bisa melayaniNYA sampai sekarang..” 


Sesungguhnya..seorang ibu tua bijaksana ini menjadi guru kehidupanku dalam beberapa menitku yang penuh makna..


Mentari mulai memamerkan sinarnya...kamipun berpamitan dengan bu Sisca diiringi lambaian Gua Tritis..dengan pengalaman dan pelajaran yang akan selalu hangat di dalam hati kita... 





Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono

0 komentar:

Posting Komentar