Jumat, 05 Juni 2015

Aging.

            Hari ini, Pagi terasa secerah kemarin.. aku tak mengerti tanggal dan hari apa sekarang. Aku hanya menikmati hembusan angin pagi yang menari malu. Kesejukan yang setiap hari kurasakan ketika Tuhan masih berbaik hati memberikan tambahan hari yang selalu baik buatku. Sudah seharusnya di usiaku saat ini, aku harus memasrahkan diri kepada hidup, mempersiapkan segalanya jika suatu saat, hidup yang begitu singkat ini usai. Kusesap perlahan kopi hangat pagiku sembari menikmati hijaunya dedaunan di pelataran rumahku. Aku tak menyadari waktu yang menyapaku melalui anakku yang dikejauhan meneleponku memberikan ucapan selamat dengan suara riang khasnya,”selamat ulang tahun ya mbah!!”.. sesaat aku hanya tersenyum lebar dan membalas singkat,”oh yoooo...”.

            Aku teringat. Hari ini usiaku beranjak menua.. 77 tahun.

            Aku menua, sensor motorikku melemah, perasaanku begitu sensitif, pikiranku menjadi tak terkontrol. Ucapan selamat ulang tahun, bertambah nya umur, yang disampaikan dengan ceria, bagaimana aku menyikapinya? Suatu perasaan yang kontradiktif menurutku. Bagaimana bisa seorang yang bertambah usianya, diberikan suatu perasaan bahagia oleh orang lain? Apakah mereka senang jika aku melemah? Apakah mereka tidak tahu jika dengan bertambahnya usiaku, waktuku semakin dekat dan aku pun kadang ngeri membayangkannya? Gerutuku. Ah, peduli amat. Cukup mendengar suara mereka dan cucu - cucuku pun aku sudah begitu bahagia. Mereka sangat perhatian denganku. Meski hanya dari suara telephone, dan terkadang aku ingin memeluk dan mencium dahi mereka. Lama. Tetapi aku tetap bersyukur, sembari menghisap rokok kretekku dalam – dalam.

            Tak selang beberapa saat, telephone genggam butut ku berdering memecah kesunyian pagi. Kuangkat, terdengar suara dari kejauhan yang memberi tahuku bahwa saudara lelaki tertua ku meninggal dunia di usia 83 tahun. Aku terhenyak. Butuh waktu beberapa saat sebelum aku memanggil istriku untuk memberitahukan informasi seperti itu. Dharmo namanya, yang beberapa hari lalu masih bersemangat ketika kuajak mengobrol dan merasa dirinya baik – baik saja, pagi ini dipanggil Tuhan.

            Sejenak, pikiranku menyeruak di luar kendaliku. Rokok kretek masih di tangan dengan asap yang menari di atas angan. 83 tahun, sedangkan aku saat ini berulang tahun ke – 77 tahun. Ayahku dulu, juga meninggal pada usia 83 tahun, kalau seandainya aku juga pada usia 83 tahun, waktuku hanya tinggal 5 tahun lagi. Ah, tak apa. Aku sudah pasrah. Aku tak tahan melihat sahabat – sahabatku pergi mendahului aku. Aku tak bisa melihat orang – orang yang semasa hidupnya begitu memberikan warna bagiku, sekarang aku hanya bisa menatap nisan mereka satu demi satu, sembari menceritakan kepada cucuku tentang kisah – kisah persahabatan dengan mereka. Atau satu dua kisah percintaan. Dulu.

            Aku menyulut rokok yang aku tak tahu sudah batang ke berapa. Aku tak peduli. Tuhan begitu baik memberikan hidup yang murah hati kepadaku. Anak – anakku berhasil, cucuku sehat dan pintar, aku hanya bisa mencintai mereka dengan caraku sendiri hingga saat ini, hari demi hari, meski mereka kadang tak mengerti akan cinta yang kuberikan, meski kadang mereka sering menyakiti hatiku dengan tidak rukun bersama saudara – saudaranya. Tapi aku tetap mencintai mereka. Dengan hidupku yang kupersembahkan untuk mereka.

            Melalui hidupku, aku bekerja untuk Tuhan dan sesama, for the sake for my children and my grand children. Aku tak perlu berkeliling dunia untuk bahagia. Meski aku diberikan tawaran dari salah satu anakku untuk itu. Tetapi aku saat ini bahagia. Mampu menyekolahkan kelima anakku di kala keterbatasan ekonomi melanda kami saat itu. Hingga saat ini mereka bekerja dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan aku saat itu. Mereka memberikan cucu – cucu yang sehat. Aku bersyukur. Aku bahagia.

            Aku harus siap jika Tuhan merindukanku dan memanggilku. Aku tahu kehidupan ini tak kekal. Semua orang seharusnya siap, tak hanya manusia seusiaku. Semua orang seharusnya bersiap.
            Untuk kemuliaan Tuhan yang lebih tinggi (ad maiorem dei gloriam)


NB : dibuat di hari ulang tahun Kakung  yang ke 77. Selamat ulang tahun, Kung.


Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

  

0 komentar:

Posting Komentar