Kamis, 22 November 2012

Perjalanan sang kakek..


Sumber Gambar : kamera pribadi


        Rimbun hijau daun pohon jati menyapaku sehangat alunan mentari dan menjadi bumbu perjalanan kami menyusuri lokasi air terjun kesukaan kami sekeluarga yang terletak di salah satu kota di Jawa Timur.mereka seolah terduduk dan bercengkrama sembari berbisik satu dengan yang lain di kala 1-2 mobil melintas di jalan beraspal yang membelah kedua sisi hutan jati.. kulintasi jalanan yang memadukan aura hangat yang membelai kami oleh karena keasrian dan tatapan – tatapan sendu dari para penghuni hutan..

      Sudah sampai waktunya ketika rasa rindu akan aroma alam memuncak dan tak dapat tertahan lagi, mobil kamipun berhenti di satu sisi jalanan beraspal itu..semburat kegembiraan dari adik dan orang tua memiliki nada yang tak terucapkan..alhasil, tanpa mengulur banyak waktu, kamipun menebar tawa dan mengabadikan kesempatan sesaat kami bercumbu dengan alam.

   Beberapa saat kemudian, kusadari..terdapat suatu pemandangan menarik di tengah kegembiraan kami..seorang kakek dengan rambutnya yang memutih, keriput di matanya,berjalan bungkuk dan tertatih serta berjuang untuk tak memadamkan api di matanya.. disampingnya berkumpul beberapa orang pemuda berbadan tegap dan anak – anak sekolah menengah yang mengumbar tawa  sembari menodongkan telunjuknya ke arah kakek yang membopong barang bawaan yang disangga dengan kedua bahunya..dalam diam,kakek tersebut melangkah setapak demi setapak, dininabobokan dalam hening, dan terdapat suatu keintiman antara jiwa kakek dengan alunan musik – musik hutan..

      Ejekan dan cemoohan tak menghentikan langkah lambat si kakek..dengan peluh di wajah..kakek itu terus maju..mendaki jalan setapak yang membelah keasrian hutan jati..demi mendapatkan upah yang kurasa tak seberapa dibandingkan dengan perjuangan yang dilaluinya sepanjang perjalanan..ketenangan jiwanya dengan alam dan Tuhan membuatnya terus merangkak maju dalam jejalan – jejalan cinta..

        Aku tahu..ketika mentari menyambut dan memeluk kakek di penghujung jalan setapak itu..ia tak perlu khawatir lagi..sebab kakek itu tak lagi sendiri..melainkan berdansa bersama gerimis putih dikala mentari masih memeluk dengan erat..



Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

0 komentar:

Posting Komentar