Rabu, 13 Maret 2013

Surat untuk idola..


       Dear you..

    Mungkin sangat berlebihan ketika aku mulai menamakanmu cinta pada pandangan pertama dimana faktanya adalah aku pertama kali menatapmu melalui layar kaca. Aku bahkan tak menyadari diriku sempat terhenyak hingga tak alihkan pandanganku dari wujudmu.. suatu hal yang mustahil dan menodai arti nama cinta jika percintaan hanya terjadi secara sepihak yang berupa lanunan kekaguman seorang fans dengan idolanya..Mungkin saja aku bergumul dalam jejalan detak jantung para pria yang juga begitu menginginkanmu..terdesak dan tak tentu arah hingga aku tenggelam di dalamnya tanpa pernah sempat mengenalmu lebih dekat.

      Aku rasa tak ada makhluk yang berpijak di atas tanah yang tak mengagumi senyummu.. dengan gigi putih rata dan lesung pipit yang memikat..dan tatapan sendu matamu yang seolah menyentuh jiwaku meski hanya sebatas di layar kaca..gambar tentangmu begitu dekat..dan aku secara naif mengabaikan fakta bahwa kamu begitu jauh..

     Jujur aku tak pernah merasakan ini ketika berhadapan dengan seorang populer sepertimu. Aku hanya membiarkan diriku terpeluk angan tentangmu diiringi sang waktu. Terbuai akan kelihaian aktingmu dan baru – baru ini, aku dikejutkan akan kepiawaianmu menyanyi dan menari dengan nada – nada gitar.. aku terpesona..

      Aku jadi teringat akan lyric Indigo girls yang kutahu berasal dari sebuah novel karangan Dee berjudul perahu kertas dan aku merasa berada di dalam kandungan bait – bait itu. Begini bunyinya :

            “Maybe that’s all that we need is to meet
            in the middle of impossibilities.
            Standing at opposite poles,
            equal partners in a mystery.”

    Saat ini aku dan kamu berada di dua kutub yang berlawanan.. di tengah kemustahilan..dan hanya bertumpu pada buaian keajaiban.. saat ini aku baru merasakan rasanya mencintai.. tanpa rasa bahagia.. tanpa rasa terluka.. numb..

   Mungkin seharusnya kuakhiri saja suratku ini.. memendam rasa yang mungkin kusangka cinta, membuyarkan khayalan dan merangkak dalam realitas.. bahwa kamu ada, dan memahami bahwa makhluk sepertimu benar – benar ada sudah cukup buatku.. dan untuk itu kuucapkan terima kasih..karena benang takdir memberikanku waktu untuk menikmati keberadaanmu..dari kejauhan..

            Aku berharap dengan berakhirnya surat ini, kamu mau menemaniku menjalani merah jingga hari – hariku..dalam khayalan.. dalam impian.. dan itu sudah cukup..



Aku mencintaimu.. jika memang itu dinamakan cinta..




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

0 komentar:

Posting Komentar