Ayu.. sebuah nama yang menyiratkan
kesederhanaan.. bukan nama metropolis yang ke-barat-barat-an seperti Keisha,
Cindy, Pamela, Jessica..dimana konon.. semakin ke barat sebuah nama, semakin
keren dan kece orangnya.. bukan.. bukan itu semua.. tetapi nama yang merasuk
dalam budaya rakyat jawa.. Ayu, dimana dalam bahasa jawa yang berarti cantik..dan
kecantikannya memang seperti mutiara yang berpendar di dasar laut tak
terjamah..anggun dan bersinar di tengah lingkungannya yang semakin menghitam..
Ayu..gadis kecil berusia 5 tahun
yang tinggal di pedalaman Saptosari..berlari dengan kaki telanjang dan bercumbu
dengan lumpur tanah merah khas kota Wonosari.. sembari menyambut gerimis putih bersama alunan embun pagi sebagai penghibur
pertama kemarau yang panjang dan melelahkan,
mengangkat wajahnya..memejamkan mata polosnya..ia menikmati..untuk
sejenak..air mata dari langit..bagai seorang sahabat yang tak bertemu sekian
lama... ya.. sahabatnya bukan gadget,
bukan Teddy bear.. tetapi air mata
dari langit..
“simboook... langit’e nangiiiis...” (buu,
langit menangis), katanya sambil berteriak kepada ibunya yang berlari – larian mengambil
baju jemuran yang mulai tersibak angin bercampur rintik hujan..
“iyoo nduuk” (iya nakk..), jawab
ibunya singkat..
“aku yo kepingin nangis
mboook..ngancani langit..” (aku juga mau
nangis bu.. menemani langit), katanya sembari mengusap matanya yang
lebih basah dari rintik hujan yang bersetubuh dengan merahnya tanah..
Ia terduduk di tanah..dress merah lusuh yang dipakainya
semakin basah oleh gerimis yang menari di atas kepalanya..air matanya semakin mengalir..tangisannya
semakin menjadi..tangan – tangan mungilnya menggenggam tanah berlumpur di sisi kiri
– kanannya.. Ia tak lagi peduli dengan semakin membekunya udara pagi itu..
Ibunya berlari menghampirinya...memeluk
dan berusaha menghangatkannya dengan hangat tubuhnya..mengangkat dan membawanya
ke dalam pondok kayu mereka..mengelap tubuh anaknya dengan kain kering
seadanya, memangku, dan meletakkan kepala anaknya di dadanya..dekat dengan
hatinya..jantungnya..jiwanya..
“ngopo ora ngiyup to nak?” (kenapa
kok tidak berteduh nak?), kata ibunya sembari membelai lembut rambut basah anaknya..
“pingin ngancani langit, mbok..mesakke..dewean..”
(ingin menemani langit, buu.. kasihan... sendirian..), kata ayu sembari
mengusap lelehan air matanya di pipinya yang tak sebulat anak – anak kota nan menggemaskan..
“ah...nduk..”
Ad
Maiorem Dei Gloriam
Amadeus
Okky Suryono
ada nama gue ._.
BalasHapusgadis polos yang menemani langit...