Heartbroken..
Karena
cinta? ah.. sudah basi..berlumut.. bahkan hingga kini, hati yang tadinya utuh
menjadi separuh.. dan dari hati yang separuh, mati – matian buat gak nyanyiin
lagu - lagu galau dan beranjak ke sarang spiritualitas malah justru ter-abrasi
menjadi seperempat dan bahkan hilang! Lalu? Aku menjadi manusia tak ber-hati? Entah..
Heartbroken..
Karena
kelakuan orang - orang sekitar yang
melihatku dalam bungkusan masa lalu? Kurang tau juga. Mungkin masih banyak
yang berpendapat kalo manusia itu makhluk
stagnan.. yang berubah ya physicly..warna
rambut, tinggi badan, atau bahkan meningkatnya kemampuan otak.. pokoknya yang
bisa diliat mata..bukan hati..bukan kepribadian...kalo masa lalunya udah
seperti itu ya udah.. pasti sekarang ya gak jauh – jauh banget dari situ.. lalu
respon – respon yang kayak gitu bikin heartbroken?
Um..entah..mau ngecek hati juga kayaknya tadi uda secara gak langsung menjadi “manusia
tak ber-hati”.. jadi mau ngecek kemana lagi?
Heartbroken..
Karena
ekspektasi kepada almamater yang terlalu tinggi.. indah.. bahkan sekarang
seakan menjadi folkstale yang apik
sebagai bumbu bunga tidur? Well. Mungkin..
aku mulai teracuni virus iri dengki kepada mereka, para alumnus yang masih tinggal
di dunia khayangan, dunia yang penuh solidaritas, kehangatan teman – teman satu
almamater yang menempati sebagian besar porsi hati dan menjadi source bahan bakar di kala ndonya sedang sedingin apatisme.. lalu? Mengapa
dunia almamaterku begitu berbeda? Apakah aku yang begitu berbeda?
Heartbroken..
Bahkan
dibuat berkali – kali heartbroken melebihi
heartbroken – heartbroken lain,
karena masih bercokolnya manusia – manusia yang
secara klise diceritakan dalam kitab perwayangan Jawa, dimana terdapat
seorang tokoh bernama Dasamuka (sepuluh wajah).. dan disini kuartikan saja
secara harafiah tentang manusia yang memiliki topeng wajah berjumlah sepuluh..
para penjilat.. para makhluk yang menodai kasih dan ketulusan.. para jahanam
yang mencucurkan air mata di kala hati bergemuruh riang..terutama ketika
menatap kesialan sesamanya..
Heartbroken?
Entah bisa disebut broken lagi atau
malah destroyed? Bagai puing – puing abu
yang terbang sejalur dengan angin.. menyebar ke berbagai tempat entah kemana..
menghilang..
Lalu?
Masih bolehkah aku.. setidaknya menatap dari kejauhan.. meski bukan di kehidupanku
tetapi paling tidak, menatap dunia manusia – manusia yang masih bisa tertawa
lepas..berbahagia.. dan bersyukur bahwa ia masih hidup dan bernafas dalam bulir
waktu yang mengalir di kehidupannya?
Ad Maiorem Dei Gloriam
Amadeus Okky Suryono
Ad Maiorem Dei Gloriam
Amadeus Okky Suryono
0 komentar:
Posting Komentar