Malam itu.. dua
insan basah oleh lampu kemuning jalanan dan hujan..
Cuaca dingin
membekap mereka berdua yang larut dalam obrolan tepian jalan..
Ia menatap mata
wanita itu lebih lekat dari butiran gerimis yang tak lagi merintik..
Tak lagi
memperdulikan kemeja kotak – kotak yang baru dibelinya basah..
Tak lagi
memperdulikan make up yang semakin
meluntur..
Tak lagi
memperdulikan mata – mata jalang yang menelanjangi mereka dengan nyalang..
Kedua insan itu
hanya mengandalkan genggaman tangan mereka..
Yang hangat
sehangat hati mereka berdua..
Kedua insan itu tahu..
Hati mereka tak lagi dua melainkan
satu..
Tetapi dalam lubuk hati terdalam
timbul suatu kegalauan hati..
Mungkinkah kebersatuan hati tetap
terjalin tanpa kehadiran fisik satu sama lain?
Mungkinkah cinta yang seharusnya
bernyanyi indah dan megah..
Justru
meracau dan meratap sebelum sempat mencecap sesapan manisnya?
Akankah cinta mereka juga akan
sesingkat pertemuan percintaan mereka?
Ah..
Omong
kosong dengan rasionalitas dan realitas..
Kedua
insan itu tahu..
Mereka
yang saling mendetakkan nama satu sama lain di hati mereka itu..
Mereka
tak tinggal di dunia makhluk tak bernyawa..
Makhluk
yang hanya mengerti rutinitas dan menjalankannya dengan otak pintar mereka..
Makhluk
yang melakukan sesuatu tak sebebas dan semerdeka cinta mereka..
Makhluk
yang terbelenggu oleh keadaan dan kondisi..
Kedua
insan itu tahu..
Mereka
tidaklah seperti itu..
Awan kelabu semakin
tenggelam dalam lautan bintang yang tertutup malam..
Bersorak dan
berharap akan cinta kedua insan pemijak bumi itu pun juga sepekat malam..
Gemuruh petir
pun ikut menertawakan cinta mereka..
Cinta yang
mereka pegang setengah mati..
Hingga tiba
kedua insan itu di persimpangan jalan..
Sebuah saat
dimana sang waktu dengan angkuhnya berdetik tanpa perduli..
Mereka berdua
tahu mereka harus berpisah sesuai dengan cara dunia melihat mereka..
Mata mereka
beradu penuh makna..
Mereka
tersenyum..
Kedua insan itu
tahu..
Mereka adalah
sang pemenang..
Dengan hati
sebagai pegangan..
Dan cinta yang
takkan pernah padam..
Ad Maiorem Dei
Gloriam
Amadeus Okky
Suryono
0 komentar:
Posting Komentar