Minggu, 16 Juni 2013

Cerita di balik senja dalam rinai hujan..

        Dalam senja yang bergelung bersama kelabu awan, terbalut gemuruh Zeus yang menggoda manusia tak bersayap pemijak bumi untuk berlari – lari kecil mencari tempat naungan berteduh. Godaan yang seakan menjadi isyarat ketika para bidadari berdansa bersama rintik air hujan yang turun ke bumi dengan berselimutkan aroma – aroma tanah basah dan bersenandung bersama gugurnya daun – daun yang rapuh karena lekang oleh waktu..

        Di tengah alunan orchestra alam itu, ada seorang ibu dengan barang belanjaan kebutuhan pokok di dalam tas kresek hitam yang tergenggam di tangan kanannya, sedang berteduh di bawah naungan terpal seng usang di selasar sebuah pasar tradisional. Ia menerawang menuju sendunya langit. “ah..hujan..”, katanya dalam hati. Sayup – sayup ia melihat motornya yang diparkir tak jauh dari situ.

        Dalam alunan melody hujan yang semakin tak merintik, alam seolah termangu dengan nafas menderu seorang bocah berusia 7 tahun yang berlari ke arah ibu tadi sembari membawa payung yang penuh dengan tambalan dan baju yang semakin erat memeluknya akibat dekapan air hujan.. Ia berlari berbekal sinar mata yang terkaburkan air dan senyum khas dari gigi – gigi mungilnya.

“Bu..payungnya bu...”
“boleh nak...”

         Ibu itu pun menggenggam pangkal payung, memayungi dirinya, dan anak itu berlari kecil di sebelahnya dengan bermandingan senja dan hujan.

“Sini nak, kita payungan sama – sama...”
“Gak usah bu, ibu aja yang payungan..”
“Gakpapa nak, sini..”

       Ibu itu pun mendekap pundak si anak dan merapatkan ke tubuhnya yang lebih hangat.. tak berapa lama, mereka pun sampai di samping motor si ibu..

“berapa nak?”
“terserah bu..seikhlasnya..”

      Tergerak oleh kelembutan  hatinya, ibu itu merogoh dompetnya dan mengambil uang 5 ribuan sembari meletakkannya ke atas telapak tangan mungil yang menengadah menatap langit. Anak itu terdiam sembari menatap uang itu lekat – lekat.. nominal uang yang sangat jarang ia terima. Bagai kebahagiaan dinamo kecil, ia mengucapkan terima kasih, berlari dengan langkah kegembiraan, dan tangan yang menggenggam uang di udara, ia membelah gerimis dan senja yang semakin menghitam..




Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono


   

0 komentar:

Posting Komentar