Beberapa saat yang lalu, Seorang
teman mengundang “teman – teman sepermainannya” untuk datang ke sebuah acara
peringatan kebahagiannya dalam menapaki kehidupan yang baru bersama belahan
jiwanya. Sebuah acara yang merupakan titik balik perubahan pola pikir dan hidup
dimana rasa mencecap kehidupan menjadi sesuatu yang benar – benar berbeda.
Acara Pernikahan.
Banyak teman yang begitu antusias
untuk datang ke acara “sakral” tersebut, menyusun rencana perjalanan dan
penginapan untuk hadir di lokasi undangan yang sebenarnya hanya berjarak 3 – 4 jam
dari tempat mereka tinggal. Tetapi ada juga beberapa teman yang merasa acara
yang mereka miliki itu jauh lebih penting ketimbang menghadiri undangan
pernikahan tersebut.
Bagi para undangan, sekedar hadir
dan memberikan ucapan selamat itu adalah hal yang biasa dilakukan. Tetapi bagi
pemilik acara, kehadiran, senyuman dan jabat erat dari para tamu undangan
merupakan suatu apresiasi tertinggi atas hubungan pertemanan mereka selama ini.
Suatu pujian kepada pemilik acara bahwa ia adalah teman yang berharga dan
kebahagiaannya merupakan kebahagiaan para tamu undangan juga. Hal ini terkadang
terlupakan, khususnya bagi para “sahabat” yang tidak hadir.
Terkadang melalui hal – hal seperti
inilah, kita dapat melihat kualitas pertemanan seseorang, tentang bagaimana ia
menempuh ratusan kilometer hanya untuk hadir dan memberikan ucapan
selamat atas hari bahagia seorang sahabat. Tentang bagaimana ia menyediakan
waktu, tenaga dan mengorbankan hal – hal lain selain dirinya hanya untuk hadir
dalam upacara sakral tersebut. Atau sekedar memberikan ucapan selamat melalui
buket bunga dan meminta maaf karena tak dapat hadir pun sudah menunjukkan
kesenangan pemilik acara meski mereka tak dapat hadir. At least, we give something
that express our gratitude and happiness to them though we can’t present to the
wedding.
Seorang sahabat akan memberikan hati
kepada sahabat yang lain, barang – barang duniawi yang mereka berikan hanyalah
fasilitas untuk menunjukkan seberapa penting seorang sahabat akan yang lain.
Bahkan terkadang adapula pertemanan yang begitu meributkan hal – hal sepele
duniawi, disitulah kualitas pertemanan mereka dapat terguncang hanya karena
keduniawian, bukan dari hati. Jika hal seperti itu saja diributkan, will they come to our wedding? Yang
jarak nya jauh dari tempat mereka tinggal, yang membutuhkan lebih banyak waktu
dan tenaga serta materiil yang tidak sedikit. Maukah mereka berkorban untuk
sekedar memberikan kehadiran, senyuman dan menjabat erat tangan kita di hari
bahagia kita?
We
need to be selective to choose who are around us. Surround ourself with positif
people. And I’d rather to invite the best people to our wedding and keep it
small than two faced people with no quality in friendship.
More
importantly, invite the one who are precious and see you as a jewel in their
lifes, and neglected who are giving you boundaries, underestimates, and sees
that their world still exist though we are no longer exist in their lifes, and
they didn’t mind.
Ad
Maiorem Dei Gloriam
Amadeus
Okky Suryono