Uang..
Sebuah kata yang selalu melekat di dalam pikiran manusia –
manusia dunia..
Tujuan hidup untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan sehari –
hari..
Tanpa uang, kita takkan bisa hidup..
Tanpa uang, kita akan merasa hampa..
Ia menjadi alibi ketika pekerjaan yang kelam menjadi secerah
pekerjaan yang terang..
Ia menjadi manifestasi cinta pada jaman modern..
Ia mampu menaklukkan senyum dari bidadari – bidadari malam..
Ia mampu memiliki segala yang ada di dalam dunia..
Tetapi semua itu semu..
Semua itu justru hanya kabut yang hadir di hadapan mata..
Ia menjadi tolok ukur kebahagiaan seseorang…
Ia menjadi tuan sehingga menghalalkan segala cara untuk memilikinya
sebanyak yang manusia mampu..
Manusiapun berlomba – lomba untuk unjuk kebolehan menebarkan
uangnya di hadapan yang lain.
Untuk mendapatkan pujian..
Untuk mendapatkan pengakuan..
Pengakuan dari bibir manusia yang hanya mengukur dari apa
yang terlihat oleh mata.
Menurutku, hidup itu lebih dari sekedar duniawi..
Dan pandanganku itu akan dianggap aneh oleh sebagian besar
manusia – manusia dunia..
Aku yang tidak murah hati..
Aku yang begitu cinta akan uang sehingga aku tak rela
membagi – bagikan..
Aku yang tak pernah menebarkan uang sebanyak manusia –
manusia dunia itu..
Manusia dunia itu tak kan pernah memahami dengan perspektif
yang sama denganku.
Karena manusia dunia itu hanya mengukur kedalaman hati
seseorang dari apa yang mereka lihat.
Aku hanya melihat kedamaian yang ada dalam keheningan hiruk
pikuk duniawi.
Aku hanya melihat “silence
as the soundless sound”
Aku hanya melihat bahwa dengan menebarkan uang itu tak akan
memperoleh kebahagiaan.
Aku melihat lebih dari sekedar uang..
Dan aku tak peduli apa yang orang lihat akan diriku.
Karena yang paling penting..
Kedamaian Tuhan selalu hadir dalam hati dan pikiranku.
Dan itu sudah lebih dari cukup.
Ad Maiorem Dei Gloriam
Amadeus Okky Suryono