Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Kamis, 20 Desember 2012

"Inner voice"

Sumber gambar : www.google.com

       Ingatkah kamu ketika duduk di bangku kelas 1 SD, bapak - ibu guru membantu kalian menggurat mimpi sejak dini melalui pertanyaan,” anak-anak, kalo besar mau jadi apa?”. Dengan mata berbinar dan antusiasme yang menyala, jawaban pun mengalir dari mulut makhluk – makhluk mungil yang masih buta akan hitam putihnya kehidupan yang merentang di balik bilik masa kecil mereka. Dokter, insinyur, astronot, presiden merupakan jawaban umum yang sering kita jumpai meskipun seminggu kemudian, beberapa diantara mereka bahkan telah melupakan jawaban yang mereka berikan.

    10 tahun kemudian ketika menginjak di bangku SMA, ataupun mungkin disengaja atau tidak, meninggalkan perpacuan wajib sekolah dan kewajibannya untuk sekolah dengan berbagai alasan, anak – anak mungil yang telah menjelma menjadi manusia yang berusaha menapakkan dirinya dalam kedewasaan kembali dihadapkan akan pertanyaan, apakah cita – citaku? Apakah tujuan hidupku? Kemanakah mimpi – mimpiku yang terbang di balik awan? Apakah ia pergi? Akankah aku merengkuhnya kembali?

       Sembari waktu terus bergulir, dengan pertanyaan yang terus mengusik jiwa mereka, tanpa sadar mereka menapaki suatu kehidupan yang diluar ekspektasi dan suara hati mereka. Ada yang bilang,mereka menempuh jurusan yang salah dalam perkuliahan, ada juga yang bilang,aku kuliah karena orangtuaku menginginkannya dan segala alasan lain yang tak masuk akal ketika mereka mulai berjalan setapak demi setapak di kegelapan dan jauh dari passion yang membara di balik dada mereka.

      Hingga akhirnya anak – anak mungil itu beranjak dewasa, dewasa dalam artian mereka sudah mampu untuk membiayai kehidupan mereka sendiri dengan bekerja di kantor – kantor ber-AC dalam gedung yang mewah dimana raga melakukan pekerjaannya sedangkan jiwa melanglang buana dan terbang meninggalkan dunia kantornya yang kecil dan membosankan. Di tengah jiwanya yang terusik, bahkan banyak diantara mereka yang merasa pekerjaannya “lebih” dengan kemampuan yang “lebih”, merasa berhak untuk mendiskreditkan pekerjaan yang terlihat melalui kacamata mereka yang sempit dan memuakkan.. ya..mereka mampu berkecukupan melalui pekerjaan mereka, tetapi apakah anak – anak mungil yang kini tumbuh menjadi seorang pekerja tanpa jiwa telah memenuhi apa yang begitu mereka inginkan dalam hidup?

       Bagaimana dengan seorang anak mungil yang sekarang tumbuh dalam kesederhanaannya dan menapaki masa – masa kedewasaannya dengan berprofesi sebagai  tukang sapu, tukang cuci baju, tukang sampah, pedagang keliling dan kehidupan mereka dianggap sebagai kaum terasing, kaum malas, tak berpendidikan? Apakah hidupnya tak tenang? Benarkah? Bagaimana jika ternyata mereka melakukan pekerjaannya dengan tulus,nrimo,dan mau melayani sesuai dengan suara hati mereka? Bagaimana jika justru merekalah yang merupakan para pekerja dengan jiwa di dada mereka??




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono
            

Senin, 17 Desember 2012

Kemana cinta melangkah?


Sumber gambar : www.google.com

Dalam selasar penantian..
Kedua mataku beradu dalam getar - getar nuansa hening..
Terbalut senyum tipis yang memikat kalbu..
Melirik malu..perlahan...dan mendalam..
Serta meringkuk dalam perlombaan pacuan jantung..
Hingga seulas senyum pun terlalu tipis untuk dirasakan...
Terlalu tipis untuk diberikan.
Bahkan guratan di pipi pun tak sanggup merentang nafas..
Ikut terpukau dalam geraman aura pemandangan rona merah di pipi..
Menyatu dalam tarian angin yang ikut berbisik di sela – sela kilau hitam rambutmu..
            Apakah ini hanyalah kekaguman sesaat?
            Membutakan arah..menodakan langkah...
            Mematikan semua indera..terdiam..
            Hingga mendengar sebuah suara yang membelai dalam hati..
            Sebuah suara yang begitu ingin didengarkan..
            Sebuah suara yang begitu ingin dirindukan..
            Mengacuhkan semua fakta – fakta memuakkan..
            Hingga suara itu bergema dalam bilik – bilik ketakberdayaan..
            Sebuah suara yang dengan sombongnya menyebut namanya dengan sebutan..
            Cinta..
Ah..biarlah waktu membimbing hati..
Bagaikan sungai yang mengalir dan kita terbuai dalam arusnya..
Dengan wajah menengadah ke langit..dan tubuh yang terlentang..
Melintasi batu – batu besar yang menghalangi dan mendorong menuju arus yang deras..
Tenggelamkanku..
Bersatu padu dalam usahaku merengkuh nafas hati..
Hingga perjalanan cinta itu mencapai sebuah akhir..
Melayang di atas permukaan danau indah, tenang..
Dengan sinar mentari yang terpantul di permukaannya..
Ataukah justru arus sungai menjadi semakin deras..
Dan mencapai suatu batas..
Yang tak dapat direngkuh oleh relung – relung logika..
Menerjunkanku dalam ketinggian yang bahkan..
Memberikan akhir dari sebuah ketragisan cinta..
Entahlah..
Biarlah hati ini bersiap menikmati bagaimanapun mereka menyambutnya..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono