Jumat, 29 Maret 2013

Cerita seekor anjing..


   Anjing..sebuah kata yang memiliki dua perspektif yang mendalam, tergantung bagaimana kita merasakannya. perspektif pertama, sebuah kata yang seringkali mampu mewakilkan pelampiasan suatu rasa jengkel atau marah kepada seseorang dengan jalan merendahkannya bahwa dirinya sama akan seekor anjing.. suatu “penurunan kasta” dari manusia menjadi binatang sehingga cukup untuk “menyakiti” si penerima dibarengi dengan hentakan intonasi yang menari bersama kerutan seringai ekspresi wajah..perspektif kedua, kata anjing mampu melekatkan hubungan persahabatan dengan intonasi dan timing yang tepat, seolah ikut menghadirkan keberadaan si penerima sebagai seekor anjing yang loyal, sayang akan “tuannya” sehingga kehangatan antara dua sahabat pelontar kata anjing semakin terasa..

     Lalu bagaimana tingkah anjing sesungguhnya dibalik kedua perspektif diatas? Sifat anjing memang berbagai macam. Agresif ataupun jinak, dengan melantunkan gonggongan – gonggongan kebanggaan mereka dengan tujuan mencurigai orang asing yang masuk ke halaman tuannya, ataupun sekedar sebagai lagu kebahagiaan untuk menyambut tuannya yang telah pulang ke rumah.. well, definisi gonggongan pun juga tergantung kita mengartikannya. Aku memiliki sebuah cerita tentang gonggongan anjing yang mampu menjadi pengingat di dalam warna warni kehidupan kita dalam berhubungan dengan manusia.

      Aku tinggal di sebuah kos -  kosan, dimana di dalamnya terdapat 10 kamar yang ditinggali dengan berbagai variasi manusia. Pemilik kosku memiliki seekor anjing besar yang sangat ramah dengan manusia, bahkan seorang asing pun yang melintas di depannya akan ia endus dan berdiri dengan dua kaki belakangnya sembari dua kaki depannya nangkring di badan sang manusia. Anjing tersebut akan terus melantunkan gonggongan ramahnya dan menghentikan gonggongannya ketika mereka telah berhasil nangkring di badan sang manusia atau manusia bersedia untuk sekedar mengelus – elusnya. Spontan, para manusia yang disambut seperti itu pun tak tahan untuk sekedar mengelus kepalanya sebagai balasan akan keramahan dan keantusiasannya. Hingga suatu hari, ada seorang teman yang bermain ke kosku dan ia jarang bertemu dengan anjing. Pada awalnya, ia pun disambut antusias oleh anjing tersebut dengan gonggongannya sembari meloncat kesana kemari dan tak memperdulikan rantai besi yang mengikatnya.. spontan, temanku pun kaget dan berteriak kepada si anjing agar diam sembari memukul kepalanya dengan tangan. Anjing tersebut tetap menggonggong karena “misi”nya belum berhasil. Gonggongan anjing pun ditangkap temanku sebagai suatu ancaman. Di sisi lain, anjing tersebut menggonggong untuk menyambut temanku dengan antusias seperti biasa. Untuk menghentikan “pertengkaran” tersebut, aku berinisiatif untuk mengelus kepala si anjing. Dan anjing itupun diam.

       “pertengkaran” seekor anjing dengan manusia di atas sangat sering kita jumpai di dunia nyata. Tetapi bedanya bahwa pertengkaran ini tentu antara manusia dengan manusia. Pertengkaran dan kebencian terjadi karena kedua belah pihak tak bersedia untuk saling memahami apa yang menjadi keinginan dari pihak lain. Di satu pihak menginginkan apa yang dirasa terbaik bagi hubungan mereka dan berusaha untuk menjejalkannya kepada orang lain, di lain pihak mempersepsikannya sebagai suatu hal lain yang “dirasa” merugikan. Solusi terbaik pun tak tercapai dan pertengkaranpun tak terhindarkan. Hambatannya adalah pada pikiran dari pihak – pihak tersebut yang mengambil sebuah persepsi yang tak sesuai dan merespon berdasarkan persepsi salah di kepala mereka. Alangkah lebih mudah ketika pikiran mengikuti kata hati dimana hati tak pernah salah, mengesampingkan ego akan anggapan diri kita lebih baik atau lebih tau dibanding orang lain dan menyambut segala hal yang terjadi pada kita sebagai suatu hal yang positif meskipun terkadang diri kita didera beberapa hal negatif.  Mulai dari situlah kita dapat menghindari pertengkaran dan menemukan kedamaian dalam diri maupun dalam hubungan dengan sesama..




Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

0 komentar:

Posting Komentar