Dunia
selalu membatasi kita untuk bercinta..
Berbagai
macam aturan disematkan dalam masing – masing pribadi, sehingga di penghujung
jalan, hanya ditemukan ketidakmampuan untuk saling memiliki dan mencintai satu
sama lain. Suku, Agama, warna kulit, status pekerjaan, status sosial dan status
– status omong kosong lainnya menjadikan hati untuk mengikuti akal logika..
Kapan
kita mulai mendengarkan suara hati, dan mengabaikan aturan dunia untuk
mencintai?
Hati
begitu sering berkata :
“aku
mencintaimu, tetapi melihatmu, hanya ada kesedihan karena dunia mengatur kita
untuk tidak bisa bersatu… “
“cukuplah
aku melihatmu, tertawa bersama pasangan yang dunia pilihkan untukmu, dan itu
sudah cukup bagiku, untuk mencintaimu dari jauh tanpa harus memilikimu..”
“sebaiknya
aku hanya mencintaimu dalam diam, melirik ujung matamu dan menikmati
eksistensimu dari kejauhan, karena jika aku berada di dekatmu, hati ini terpekur
menghadapi realita.. “
Hingga
di akhir penantian, hati telah tumbuh berakalkan logika.. hati telah
terbelenggu oleh diktator dunia..
Apakah
memang cinta diciptakan untuk kalah? Apakah cinta sejati hanya ada dalam
dongeng – dongeng romansa?
Apakah
kita wajib untuk selalu tunduk dan patuh akan tatanan dunia?
Dan
apakah hati pada akhirnya lupa bagaimana cara untuk mencintai?
Seumur
hidup aku mencintai..
Dan
aku ingin mencintai dengan bebas..
Dengan caraku sendiri..
Ad
Maiorem Dei Gloriam
Amadeus
Okky Suryono