Terkadang, menjadi berbeda itu berhadapan pada jalan
yang penuh liku..
Memiliki pola pikir open mind, terseok di tengah –
tengah masyarakat small minds..
Memiliki kebiasaan apa adanya dan sederhana, di tengah
orang - orang munafik dan pencari muka..
Mengutamakan sisi humanis diantara orang sinis,
apatis, egosentris.
Memiliki cara menyembah Tuhan yang berbeda dari yang
pada umumnya..
Manusia selalu memiliki tuntutan – tuntutan yang harus
dilakukan menurut standar pemikirannya sendiri..
Tuntutan yang menurut logika itu benar.. tapi salah
secara nurani..
Ketika otak selalu dikedepankan, dan hati sering kali
terabaikan..
Ketika yang menjadi berbeda itu sendirian berbanding
khalayak ramai..
Ketika kesepian dan kesendirian menjadi sahabat sejati
bagi seorang yang berbeda..
Memang benar,
Semua selalu kembali ke dalam diri..
Agar selalu memiliki respons – ability..
responsibility..
Kemampuan untuk merespons setiap tindakan luar yang
berasal dalam diri..
Dengan damai, sukacita..
Tanpa peduli siapa saja yang menginginkanmu jatuh
bersama debu..
Tanpa peduli siapa saja yang iri dan dengki ketika
melihatmu melangkah dalam cahaya..
Tanpa peduli siapa saja yang melontarkan senyum di
depan dan belati di belakang..
Tanpa peduli siapa saja yang membencimu dengan sepenuh
hati..
Tak apalah aku menjadi seorang yang berbeda..
Bersahabat dengan dunia tanpa kata..
Merindukan tawa dan cinta nan jauh disana..
Berkelana bersama jiwa – jiwa kemanusiaan,
Menjunjung tinggi hakikat keberadaan manusia..
Dan menyerahkan ketidak mampuanku..
Pada kasih karunia dan kebenaran..
Aku bangga menjadi berbeda,
Ad Maiorem Dei Gloriam
Amadeus Okky Suryono