Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Jumat, 22 Juni 2012

Seberkas Senyum..

Sumber Gambar : www.Google.com

Di suatu hari ketika semburat embun pagi masih menemani..dan alunan angin pagi berbisik menyapa..serta langit masih terjaga dalam kombinasi biru mudanya yang khas dan hitam kelam sisa – sisa dari temaram malam..ku coba nikmati satu dua orang yang secara rutin melintas di depan rumah kosku setiap harinya.. Ya..seorang ibu tua dengan kemeja batik lusuhnya, kain jarik yang membalut setengah badannya..rambut uban yang bersaing dengan rambut hitam masa mudanya..sembari terbungkuk membawa barang – barang jualan ala kadarnya dengan dibalut di dalam karung beras di punggungnya, yang kudengar, akan digunakannya untuk berjualan kelontong sekitar 8 km dari tempatnya tinggal...

Suatu hal yang menggodaku pagi itu untuk terus terhanyut akan tatapan semangat nenek itu adalah...ketika dalam jalannya yang rapuh termakan usia..dengan tangannya yang menopang bawaan di punggungnya..melintas di samping nya satu dua orang separuh baya..dengan kaos yang sebagian besar warnanya sudah tergilas waktu..ada yang bertopi kuning kecoklatan yang kuduga awalnya berwarna putih..ada pula celana pendek yang dikenakannya tercoreng bekas cat – cat kusam..dan berbagai pakaian sederhana yang mereka kenakan..dan ketika pagi menjadi teman mereka, mereka saling bertukar senyum..yang ku dengar, mereka tinggal tidak saling berdekatan..hanya derap langkah mereka yang melewati jalan yang sama setiap hari nya yang melekatkan mereka... sembari mendorong gerobak kuning khas gerobak sampah hingga gerobak makanan seperti soto yang menjadi teman setia aktivitas mereka ...

Di dalam kesederhanaan mereka...aku terpesona dengan cara mereka memberikan suatu hal yang sederhana yakni senyuman hangat secara cuma – cuma yang menurutku lebih dari cukup untuk menjalani hangatnya hari.. puff!! Tiba – tiba aku dimanjakan dengan silaunya mentari yang menari membelah pagi..yak! aktivitas menyambutku kembali.. tapi entah mengapa aku ingin untuk beberapa saat mengamati warna – warni pagi..kuambil motor bututku, dengan celana pendek dan kaos yang membalutku, kupacu motorku perlahan sembari udara pagi menyeruak masuk dalam tubuhku...kulihat..bapak – bapak dengan uban menutupi kumisnya, turun dari mobil Jazz dengan plat putih di belakangnya...juga mahasiswa – mahasiswi sekampus yang memarkirkan motor mereka di parkiran mereka..semua berjalan begitu cepat..dengan senyuman masam menghias di bibir mereka...atau hanya sekedar menatap untuk beberapa saat...dan puff! Menengok ke arah yang lain seolah tak menatap apapun..sejenak kuterbayang dalam lamunanku..suatu hal yang sama.. ketika seorang kasir di suatu toko waralaba yang memberikan kembalian dengan iringan cemberut di wajahnya dan seolah ingin berkata,”cepat pergi dari sini!” .. ketika di pertengahan hari yang terik..seorang customer service yang lelah akan komplain pelanggan membalasnya dengan menyodorkan tatapan tajam tak bersahabat dan seringai yang menakutkan..ketika seorang dosen dengan senyum masam cueknya sembari membalas pertanyaan mahasiswa yang memberanikan diri masuk ke kantor “horror”nya dengan jawaban seadanya tanpa memperdulikan niat dari mahasiswa... ketika seorang teman yang melemparkan senyumnya ketika berpapasan dengan kita dan membicarakan keburukan kita di belakang kita. ketikaaa....  yak!! Aku kembali ke dunia nyata!


Hmm.. Aku harap aku kembali ke dunia mimpiku..dunia sebelum mentari mulai menyapa..dunia sebelum angin pagi begitu istimewa.. dunia ketika kesederhanaan senyuman diberikan secara cuma – cuma..Ya..aku mau dunia mimpiku..saat ini juga..





Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 16 Juni 2012

Kelabu..


Sumber Gambar : www.Google.com

      Di akhir minggu yang sunyi...dimana hanya gemuruh merapi yang temani hari...pasca ledakan hebat yang mengejutkan seluruh bumi pertiwi..ditemani dengan siaran – siaran televisi dan radio yang warnai jejak – jejak para korban yang menangis pilu dan menjadi background yang “apik” bagi reporter tv dengan kemilau kamera yang menyorot ke arahnya...

Seorang pemuda yang tergabung dalam tim sukarelawan menginjakkan kaki di suatu daerah terpencil di puncak gunung..ya.kelabu adalah gumpalan awan pekat yang berlarian keluar di kawah gunung merapi.. kelabu adalah warna jaket sukarelawan yang dikenakannya.. dan kelabu adalah ketika sepatunya bercumbu di lautan abu menutupi korban yang rebah tak bernyawa...

Seorang anak kecil bertubuh kurus dengan warna abu kelabu di sekujur tubuhnya tampak terseok tanpa daya, dan menangis dalam suaranya yang tertahan..seakan meminta seberkas perhatian dari pemuda itu.. ya..kelabu adalah sayatan hati pemuda ketika menatap anak kecil itu.. dan kelabu adalah rintihan anak kecil itu..sembari memegang lututnya yang terluka .. sementara kelabu menutupi tetesan darahnya..



       Hingga kelabu itu menyatu dalam pelukan keduanya..dan untuk beberapa saat.. menikmati saat – saat kelabu mereka...



Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Seutas Kasih di panti asuhan Sancta Maria, Boro..



Sumber Gambar : www.Google.com

Sabtu, 2 Juni 2012.. sekitar pukul 11 siang..di kala sengatan mentari menjadi tak bersahabat..serta ingatan akan tugas rutinitas yang membelenggu kebebasanku.. tak menyurutkanku dan teman – teman panitia Accounting Action Days untuk melaksanakan pengabdian terakhir kami dengan berbagi senyuman dan kehangatan melalui kegiatan bakti sosial dalam rangka ucapan syukur atas keberhasilan Seminar Akuntansi di Universitas Atmajaya Yogyakarta...dan kali ini, tujuan kami adalah panti asuhan Sancta Maria, Boro,  Kulonprogo..

Selama perjalanan dari Jogja..bulir – bulir waktu tanpa terasa mengalir diiringi tarian mentari yang mengoles peluh di dahi kami..tetapi rombongan kendaraan bermotor ini dihibur oleh kemolekan khas lukisan pedesaan..yang dibalut dengan hijaunya sawah dan pepohonan..langit dengan biru mudanya yang khas dan semburat putih pekat yang menghiasi titik – titik di kaki langit..dan disejukkan oleh angin sepoi yang mendinginkan hati..

Sejam yang elok telah berlalu..kami sampai pada tujuan, memarkir kendaraan kami, dan disambut dengan salam hangat dan senyum bahagia bruder pengelola dan 56 anak dibawah 16 tahun seolah bertemu dengan kawan lama yang sudah lama tak berjumpa.. sejenak..rasa penasaran menyelimutiku..aku bertanya dengan seorang anak berusia 5 tahun..,”adek namanya siapa?’’ sembari menepuk pundak mungilnya.. “Aga..” jawabnya.. “kayaknya adek bisa maen kulintang ya!’’ telunjukku mengarah ke barisan kulintang yang bertengger di bagian aula yang kosong... “bisa dong kak! Dulu aku diajarin maen ...........” dengan antusias bocah kurus mungil itu menceritakan bagaimana ia pertama kali dikenalkan musik dan langsung jatuh cinta...

Beberapa saat, kami bersama – sama mengikuti dinamika acara yang telah disiapkan, seperti menikmati kreasi editan foto – foto dari sang dokumenter, makan bersama, bermain dengan saling menghafal nama – nama yang dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil, kulihat aura persahabatan begitu kental dengan dibumbui canda yang semakin menyatukan kami..dinamika diakhiri dengan pertandingan bola antara para panitia dengan para sahabat di panti..yang memiliki skill bola yang sanggup melindas dan meremukkan kami..ha..ha..ha..

Hingga biru muda langit tak terlihat lagi..dan berganti menjadi kelabu..sekelabu perpisahan kami..ditutup dengan foto bersama, saling bertukar identitas, bersalaman, berpelukan..dan saling bertukar senyum perpisahan.. 

Ketika aku menaiki motor bututku, dan mesin mulai kunyalakan.. Aga..anak kurus mungil berlari ke arahku dan kembali .. menarik senyum termanisnya.. dengan mata polos khas anak kecil..mencium tanganku sembari berkata, “ kesini lagi ya kak...aku suka banget kakak kesini.. “ .. aku terharu dan dengan anggukan perlahan sembari tersenyum simpul..ku belai kepalanya dan berkata, “ kakak pulang dulu ya.. nanti kita ketemu lagi..”

Akupun pulang diiringi lambaian tangan mungilnya, dengan senyuman cerahnya di sore yang kelabu.. ya.. aku akan kembali..




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Senin, 11 Juni 2012

Indrayanti..bergelung bersama memory..


Sumber Gambar : www.Google.com

Hari telah menunjukkan pukul 12 siang.. dan mentari menggoda kami untuk mencari tempat teduh jika ingin terhindar dari peluh yang semburat keluar dari pori – pori tubuh kami.. ya..aku dan 3 teman dekatku sedang menyusuri jalan mulus berliku khas jalanan wonosari untuk sekedar menghirup aroma laut yang berbaris di sisir pasir putih dengan kerikil – kerikil bertaburan bagai bintang di pasir..

Sekitar 2,5 jam waktu kami untuk menempuh perjalanan dari Jogja ke pantai yang sebagian besar pengunjungnya didominasi oleh wisatawan lokal ini..ketika kami memarkir motor kami, pria – pria lokal berkulit coklat gelap dan berbadan tegap khas penduduk lokal menyambut kami dengan berbagai tawaran – tawaran kemudahan yang bisa kami dapatkan di pantai itu.. “mas..mas..payungnya 20 ribu aja mas..buat santai – santai di pantai..”, katanya..tawaran tersebut langsung kami terima mengingat memang bawaan kami banyak, dan kami takkan bisa menikmati deburan ombak di pesisir pantai dan alunan angin yang berbisik jika dengan membawa barang – barang berat kami..

Berbekal celana pendek dan kaos, aku tanpa ragu berlari ke pesisir pantai dengan riak – riak ombak bergelayut di kaki – kakiku.. tampak dasar pesisir dengan batu – batu karang yang terselimut dengan hijaunya rumput – rumput laut seolah menjadi karpet alami dan membantu untuk menapaki kerasnya batu karang dikala ombak menari dan berdansa bersamaku..

Putih nya pasir pun menggoda kami untuk melupakan sejenak usia kami yang telah menapaki 20-an dan membaur dalam tawa dan kreatifitas untuk membentuk “kastil pasir” sesuai dengan papan imajinasi kami.. sembari berlomba untuk menciptakan kastil terbaik..kami beradu waktu untuk memenangkan persaingan..waktu pun bergulir dan kami membanggakan kastil – kastil kami masing – masing.. ya..esensi dari permainan ini adalah proses..yang mengurai kepuasan akan hasil akhir ..

Kulihat mentari mulai terbaring lemah di pembaringannya yang diiringi dengan semburat merah jingga yang meninabobokkannya..tubuh kami pun tak bisa berkompromi lagi..aku pun terduduk beratapkan payung warna warni yang kami pesan tadi..sembari menikmati debur ombak yang berkejaran di birunya laut..dan hamparan hijaunya rumput di karang di kala air laut mulai surut.. 

Hingga waktu menjadi begitu tak bersahabat denganku...dan langit tersenyum begitu indah..dengan beralaskan hitamnya malam...dan kunikmati taburan bintang yang menyapaku dari kejauhan..ya..lukisan inilah yang akan mengantarku pulang.. hingga aku tertidur dalam pelukannya..



   Ya..Aku terpuaskan bermanjaan dalam buaian kecantikan alam... dan akan kutuliskan dalam sketsa kerinduanku...



Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Minggu, 10 Juni 2012

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..



        Sabtu wage, ketika berbagai kesuntukan akan rutinitas melanda hariku, akupun segera mengais – ngais di sepanjang lorong kebosanan, terseok – seok  mencoba untuk mencari suatu titik terang yang harus aku dapatkan agar aku dapat keluar dari aura kelabuku..hanya untuk menikmati kesegaran jasmani dalam terpaan sinar mentari..dan kesegaran rohani yang menenangkan kegundahanku..

Jasmani dan rohani? Bagaimana bisa? Ya..aku dengan 3 teman dekatku memutuskan untuk mencari cara untuk memuaskan dahaga kita..melalui ziarah ke Gua Maria Tritis.. tempat suci yang menjanjikan ini terletak di daerah wonosari dimana kita membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari Jogja dengan aroma pagi yang menyeruak dan menghangatkan rongga – rongga tubuhku..

Di sepanjang perjalanan, kita melalui jalanan yang masih tertidur pulas.. dininabobokkan oleh tarian dedaunan mahoni yang berjatuhan...dan diusap oleh perbukitan karst yang tersenyum diterpa mentari pagi..diiringi dengan pemandangan ibu – ibu dengan keriput menghiasi wajah..kain batik lusuh dan jarik yang menutupi tubuhnya..dan menggendong rerumputan didalam bekas wadah beras dipunggung bungkuknya yang kuduga untuk memberi makan ternaknya di rumah..

Dengan bakat petualang kita, tempat suci yang belum pernah kami kunjungi ini akhirnya kami temukan..setelah beberapa saat memarkir motor kita di salah satu pemukiman penduduk yang memang disediakan untuk tempat parkir, kamipun disambut dengan anak – anak tangga berbatu yang membantu kita untuk “sedikit” berolahraga di pagi hari... di sepanjang perjalanan anak – anak tangga berbatu itu, paru – paruku dimanjakan dengan aroma pepohonan yang semburat kecoklatan, dan mataku terbuai dengan pemandangan hijaunya wonosari yang sayup – sayup terlihat dari kejauhan...

Tak berapa lama, kamipun sampai di Gua yang kami inginkan..dengan stalaktit dan stalakmit yang mempesona..untuk beberapa saat kami terdiam akan keanggunan dan kemolekan dari Gua Alam ini..kulihat di dalam Gua terdapat Altar tempat para Romo membawakan misa..diikuti dengan kursi – kursi kayu panjang yang disediakan untuk para umat..seolah tetesan – tetesan air dari stalaktit ikut menyemarakkan kedatangan kami di tempat itu..tiba – tiba kami mendengar suara ramah seorang ibu tua yang menyambut kami, dengan senyuman keriputnya yang khas, sapu lidi untuk membersihkan dedaunan di tangan, dan tawaran hangat untuk mengambilkan air suci di tempat licin di pucuk Gua yang jarang terjamah oleh sebagian besar peziarah...

Kamipun tak melewatkan waktu kami sedetikpun, bergegas menyiapkan hati kami, duduk, menancapkan lilin dan berdoa di kaki patung Bunda Maria .. untuk sekedar memuaskan kerinduan dan dahaga jiwa kami..ketika merampungkan sesi doa.. teman – teman bergegas untuk mengabadikan diri mereka dan Gua suci itu menggunakan kamera mereka, aku tertarik untuk sedikit berbincang dengan ibu tua yang menyambut kami di awal tadi..

Ibu tua itu bernama Ibu Sisca..tak berapa lama kami berbincang, aku sudah mulai terkagum akan tutur katanya yang begitu rendah hati..dibalut dengan kata – kata sederhana..ibu tua yang tidak menempuh pendidikan formal ini dengan aura kasihnya...memberikan nasehat – nasehat kepadaku..agar dengan sepenuh hati menyelesaikan studiku..demi kebahagiaan orang tua..dan cerahnya masa depanku kelak.. aku merasakan, Tuhan sedang berkomunikasi denganku melalui ibu Sisca.. berkali – kali...ketika dirinya selesai menceritakan kemelut dan lika liku kehidupannya..dimana dirinya yang tidak bersekolah dan bekerja demi mensekolahkan adik – adiknya...ia selalu mensyukuri setiap pengalamannya dengan tanda salib yang dibuatnya ketika selesai bercerita..sembari berkata,”berkat Tuhan...saya yang bodoh dan berdosa ini bisa melayaniNYA sampai sekarang..” 


Sesungguhnya..seorang ibu tua bijaksana ini menjadi guru kehidupanku dalam beberapa menitku yang penuh makna..


Mentari mulai memamerkan sinarnya...kamipun berpamitan dengan bu Sisca diiringi lambaian Gua Tritis..dengan pengalaman dan pelajaran yang akan selalu hangat di dalam hati kita... 





Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono