“hanya ada satu kata yang
membebaskan kita dari semua beban dan penderitaan hidup. Kata itu adalah cinta.”
– Sophodes
Mungkin aku dan beberapa orang
begitu iri dengan Sophodes. Ia mampu merasakan cinta yang membebaskan.. cinta
yang sejati.. kalau kata sejati bisa digunakan disini, dimana jelas para
manusia pemijak tanah ber-separuh hati sepertiku begitu mempercayai bahwa tak
ada cinta yang sejati..terlalu sering dirudung kekecewaan bahwa hatinya tak
kunjung utuh.. hingga sinar cinta meredup dan menari menjauh..hingga cinta
dirasa begitu jahat karena selalu meninggalkannya dalam kondisi tergolek lemah
dan berkubang dalam kesesakan..
Entahlah... mungkin aku juga perlu
mengingatkan perlunya kesiagaan kalian, wahai para pencinta.. jika tak hati –
hati..virus cinta ini akan memberimu berbagai ilusi.. mungkin bisa kusebut
sebagai ilusi cinta..
Aku menatap matanya untuk pertama
kalinya..begitu dekat.. meski ketika kita berkenalan berada di suatu tempat
dimana sinar rembulan sebagai sang penerang.. tatapan matanya begitu lekat
menatapku..sepasang mata yang mampu membuatku terbang tak jelas juntrungannya.. yang dipadu senyuman
yang mampu mem-bisa-kan hati dengan virus cinta.. sembari memegang telapak
tangannya dan menyeretku menuju awan hitam di pekatnya malam melalui nina bobok
suara yang menyebut sebuah nama..nama yang buatku buta... nama yang akan
memenuhi sel – sel otakku.. nama yang menjadi sumber dari segala ilusi cinta..
Aku merasa..
Tatapan mata yang begitu berbeda
ketika menatapku.. berbeda kedalaman maknanya jika ia menatap orang lain.. atau mungkin kuanggap begitu.. dan ilusi
cintaku dimulai..
Ia tersenyum begitu nikmat ketika
berada di hadapanku.. senyuman yang dipadu dengan lirikan mata yang jelas –
jelas melirik ke arahku.. ah.. senyuman itu untukku.. lirikan itu milikku..
atau mungkin kuanggap begitu..
Adrenalin miliknya berpacu ketika
berada di dekatku..hingga berakibat ia melakukan kesalahan – kesalahan lucu
seperti menduduki meja kecil yang ia kira kursi, atau kesalahan kecil lain yang
cukup bisa membuatnya tersipu di mataku..
Hingga
aku menikmati sebuah perasaan dimana aku merasa telah memenangkan hatinya.. hati
yang begitu didambakan berjuta pria yang menunggunya untuk terlelap dalam
pelukan mereka.. sekali lagi dalam hidupku.. cinta yang pada akhirnya kusebut
virus ini mampu menerbangkanku menuju bintang yang paling terang di penantian
malamku..
Dan
pada akhirnya aku tersadar ketika bintang yang kurengkuh tak sanggup lagi
memancarkan sinarnya..aku panik sembari gravitasi membawaku kembali ke asalku..
sembari membunyikan bedebum yang amat keras dan aku tak merasakan sakitnya..
hm.. mati rasa.. bagaimana bisa? Ya.. ketika aku membelah tubuhku dan mengambil
hati yang mulai mendetakkan namanya dari awal perkenalan kita, berjongkok
sembari memberikan kepada dirinya.. ia hanya tersenyum.. sambil berkata,”aku
tak mungkin menerima detakan hati itu dari seorang sahabat..” . “sahabat??? “,
pekikku dalam suara yang tertahan.. syaraf ku mulai mati rasa.. otakku berhenti
bekerja.. dan hatiku dipaksa berhenti mendetakkan namanya saat itu juga.. bahkan
air mata pun tak mampu menggantikan kepedihanku oleh karena ilusi cinta..
Ya..ilusi
cinta..
Aku
pikir.. tatapanmu.. senyummu..tingkah lucumu.. itu semua untukku..
Hanya untukku..
Aku pikir..
Ad
Maiorem Dei Gloriam
Amadeus
Okky Suryono
0 komentar:
Posting Komentar