Senin, 12 Agustus 2013

ilusi cinta.

            “hanya ada satu kata yang membebaskan kita dari semua beban dan penderitaan hidup. Kata itu adalah cinta.” – Sophodes


            Mungkin aku dan beberapa orang begitu iri dengan Sophodes. Ia mampu merasakan cinta yang membebaskan.. cinta yang sejati.. kalau kata sejati bisa digunakan disini, dimana jelas para manusia pemijak tanah ber-separuh hati sepertiku begitu mempercayai bahwa tak ada cinta yang sejati..terlalu sering dirudung kekecewaan bahwa hatinya tak kunjung utuh.. hingga sinar cinta meredup dan menari menjauh..hingga cinta dirasa begitu jahat karena selalu meninggalkannya dalam kondisi tergolek lemah dan berkubang dalam kesesakan..

            Entahlah... mungkin aku juga perlu mengingatkan perlunya kesiagaan kalian, wahai para pencinta.. jika tak hati – hati..virus cinta ini akan memberimu berbagai ilusi.. mungkin bisa kusebut sebagai ilusi cinta..

            Aku menatap matanya untuk pertama kalinya..begitu dekat.. meski ketika kita berkenalan berada di suatu tempat dimana sinar rembulan sebagai sang penerang.. tatapan matanya begitu lekat menatapku..sepasang mata yang mampu membuatku terbang tak jelas juntrungannya.. yang dipadu senyuman yang mampu mem-bisa-kan hati dengan virus cinta.. sembari memegang telapak tangannya dan menyeretku menuju awan hitam di pekatnya malam melalui nina bobok suara yang menyebut sebuah nama..nama yang buatku buta... nama yang akan memenuhi sel – sel otakku.. nama yang menjadi sumber dari segala ilusi cinta..

            Aku merasa..

            Tatapan mata yang begitu berbeda ketika menatapku.. berbeda kedalaman maknanya jika ia menatap orang lain..  atau mungkin kuanggap begitu.. dan ilusi cintaku dimulai..

            Ia tersenyum begitu nikmat ketika berada di hadapanku.. senyuman yang dipadu dengan lirikan mata yang jelas – jelas melirik ke arahku.. ah.. senyuman itu untukku.. lirikan itu milikku.. atau mungkin kuanggap begitu..

            Adrenalin miliknya berpacu ketika berada di dekatku..hingga berakibat ia melakukan kesalahan – kesalahan lucu seperti menduduki meja kecil yang ia kira kursi, atau kesalahan kecil lain yang cukup bisa membuatnya tersipu di mataku..

Hingga aku menikmati sebuah perasaan dimana aku merasa telah memenangkan hatinya.. hati yang begitu didambakan berjuta pria yang menunggunya untuk terlelap dalam pelukan mereka.. sekali lagi dalam hidupku.. cinta yang pada akhirnya kusebut virus ini mampu menerbangkanku menuju bintang yang paling terang di penantian malamku..

Dan pada akhirnya aku tersadar ketika bintang yang kurengkuh tak sanggup lagi memancarkan sinarnya..aku panik sembari gravitasi membawaku kembali ke asalku.. sembari membunyikan bedebum yang amat keras dan aku tak merasakan sakitnya.. hm.. mati rasa.. bagaimana bisa? Ya.. ketika aku membelah tubuhku dan mengambil hati yang mulai mendetakkan namanya dari awal perkenalan kita, berjongkok sembari memberikan kepada dirinya.. ia hanya tersenyum.. sambil berkata,”aku tak mungkin menerima detakan hati itu dari seorang sahabat..” . “sahabat??? “, pekikku dalam suara yang tertahan.. syaraf ku mulai mati rasa.. otakku berhenti bekerja.. dan hatiku dipaksa berhenti mendetakkan namanya saat itu juga.. bahkan air mata pun tak mampu menggantikan kepedihanku oleh karena ilusi cinta..

Ya..ilusi cinta..



Aku pikir.. tatapanmu.. senyummu..tingkah lucumu.. itu semua untukku..
            Hanya untukku..





            Aku pikir..






Ad Maiorem Dei Gloriam





Amadeus Okky Suryono        

0 komentar:

Posting Komentar