Waktu mengubah kita, sehingga kita menjadi tak sama lagi..
Ada masa, ketika tawa
menjadi milik kita. Sembari menyesap kenangan indah yang terajut dalam belaian
untaian embun pagi. Juga pertengkaran – pertengkaran kecil yang membuat gemas,
hai engkau, para sahabat yang terpisah jarak, kita pun merajuk dan berharap
takkan kau ulangi lagi pertengkaran itu.
Permasalahan diantara
kita takkan menenggelamkan kita.. tetapi justru menyadari bahwa kita adalah
manusia yang tak sempurna.. sisi kemanusiaan yang membutuhkan hadirmu di kala
dunia menuntunku ke jalan yang pilu..
Namamu dengan cepat
berdiam dalam pikirku, agar ketika ku mengigau akan kegalauan dunia, aku
mengingat namamu dan memohon agar menyeretku kembali ke rasa syukur dalam
hidup. ‘Tuk selalu buatku merasakan hidup yang benar – benar hidup. Bukan hidup
yang hanya mengalir, menua, dan tak tahu kemana jiwaku pergi..
Secepat kau berdiam,
secepat itu pula kau pergi. Ketika waktu menjadi musuh kita, memberikan jarak
diantara kita, mempersulit langkah kita untuk bertemu, engkau disana, bertemu
dengan kawan – kawan baru, kekasih baru, namaku pun pergi dalam pikirmu.. kau
dan aku memberikan dalih kesibukan atas kegagalan pertemuan – pertemuaan kita. Kita
semakin jauh. Jauh dan tak peduli..
Sekarang, waktu telah
menuakan kita.. mematikan kerinduan kita.. meniadakan kenangan kita.. hanya
tersisa kesedihan akan terang redup nya memori dari masing – masing kita. .
Hai engkau, para
sahabat yang terpisah jarak, engkau tak lagi membutuhkanku setiap waktu, engkau
menjadi budak kepentingan, yang hanya hadir hanya jika sesuatu itu benar –
benar penting. Hingga aku menyadari kalau tali persahabatan ini tak lagi
penting.
Semoga itu hanya
rasionalisasiku saja yang begitu egois untuk merindukanmu, merindukan
persahabatan kita.
Hai engkau, para
sahabat yang terpisah jarak, engkau memang tak lagi di sisiku,
‘tuk hanya merangkul hangat ketika salah satu dari
kita tertunduk,
‘tuk hanya mengoceh
motivasi hanya untuk buatku tersenyum..
‘tuk hanya menggodaku
dengan ejekan – ejekan yang menguatkan..
‘tuk ikut mendengar dan
memikul rasa yang kurasakan..
Dan aku hanya sendiri
bersama waktu..
Waktu yang mengubah kita, sehingga kita menjadi tak
sama lagi..
Ad Maiorem Dei Gloriam
Amadeus Okky Suryono