Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Kamis, 28 Februari 2013

Damai


Dalam jantung suara embun pagi
Aku terjaga dalam awan masa kini
Meski sedikit berkabut dalam kelabu lampau
Aku menari..
Berputar tak peduli arah..
Berharap hasilkan angin yang berhembus larutkan masa..
Sebuah masa dimana masih ada asa
Sebuah masa yang bersketsakan aliran kuning pipih-pipih..
Menjalani raga tanpa noktah batin..
Masa itu..

            Rupanya putaranku tersapu sendu..
            Tak mampu jernihkan sepoi angin sembilu..
            Mereka datang dengan amarah bertalu-talu..
            Mata yang tersaput debu memory tak meragu..
            Ah..
            Pikiran pelangi agaknya hanya menjadi angan..
            Tak mampu hadapi pedang api yang mereka bawa..
            Tak berguna..

Tak bisakah kelegaan direngkuh?
Hingga kapan jarak kita semakin jauh?
Damai diciptakan..
Damai kurindukan..
Atau akankah damai juga hanya berada di angan saja?

            Aku rasa kan kututurkan selamat tinggal..
            Kepada  darah yang membeku..
            Menyatu dengan nafas yang terhenti..
            Terbaring dalam kesendirian..
            Bercumbu dalam kedamaian..
            Akhirnya..





Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

Rabu, 20 Februari 2013

Gambarkan imajinasimu..


Gambarkan imajinasimu..
Kamu berada di suatu ruangan..
Kelam dan lembab menyeruak ke setiap pori – pori tubuhmu..
Kaku..
Dengan debar jantung yang memburu..
Kening yang berkerut dibasahi keringat dingin tersapu ngilu..
Gertak gigi yang menemanimu..
Ketika terpaku di hadapan orang – orang yang memandangmu sendu..
Berusaha meneriakkan kegirangannya di sepi nya ruangan saat itu..
Ruangan yang menunggumu untuk angkat bicara..
Kamu..hanya kamu dihadapan mereka..
Pekat..

            Gambarkan imajinasimu...
            Ketika setiap suara yang terlontarkan dari desahan nafas berat..
            Bercampur dengan tangan mulai menengadah tuk tampung darah..
            Dari luka tak kelihatan yang dicampakkan dari suara seseorang...
            Seseorang yang merasa berkuasa di belakang mereka yang menatapmu kosong..
            Mempermalukanmu..
            Mencabik – cabik harga dirimu..
            Menghempaskanmu dalam tetes darah yang mengalir menutupi sekujur tubuhmu..
            Kaku...
            Dan dibalut senyum pilu mencabut kalbu..
            Mati..

Gambarkan imajinasimu..
Kamu ditelanjangi..
Dinodai..
Dikhianati..
Hingga kamu merasa begitu sendiri..
Sembari menutup memar dan darah yang terus menetes..
Dari luka yang entah kamu tak yakin bisa memulihkan jiwamu...
Barisan kata – kata yang terucap..
Memang lebih tajam dibanding seribu pedang yang menancap di tubuhmu..
Hanya ada sendu..
Yang menangis dalam kubangan darah..

Gambarkan imajinasimu..
            Pejamkan matamu..
            Atur desah nafasmu..
            Bayangkan..
            Maka kamu mengerti apa yang aku rasakan..





Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 16 Februari 2013

KITA


    Perihal hubungan kita, tanpa pernah tahu bagaimana berawal dan hanya mengandalkan sebuah kata kebetulan yang disengaja, melalui sapaan yang tak langsung terucap, dan pertemuan – pertemuan semu yang terjadi di suatu tempat dimana kamu hanya menahan merah pipimu dan menyembunyikannya di balik keramaian. Kamu pergi. Menghilang.

     Memang tak pernah ada kata cinta yang terlontar ketika kita bersama. Hanya ada ribuan kemesraan yang bertali temali dengan potongan – potongan adegan cerita dan tawa bersama. Hanya tawa. Kita hanya mengeram waktu dengan cinta yang berada di awang – awang. Rasa yang begitu pekat ingin terucapkan melalui nada – nada yang disenandungkan dalam lagu – lagu nostalgia kita.

      Aku tak keberatan ketika kamu memilihnya malam itu. Dia. Bukan aku. Mungkin hatimu telah berkeriput karena saling menunggu berucap kata cinta. sekarang, kata itu tak berarti lagi. Sebanyak apapun kuyakinkanmu melalui ribuan cinta yang kuberikan melalui tatapan mataku, itu tak lagi berpengaruh. Aku tahu itu. Yang terpenting sekarang, kamu dan dia melontarkan senyuman dalam bingkai yang kalian rajut. Malam itu.

     Sekarang, biarkan aku bahagia melalui cara – cara yang tak dapat kurajut dengan akal logika. Setidaknya biarkan aku belajar untuk melepasmu. Meskipun kata melepasmu menjadi begitu imajiner karena kita tak pernah bersama dengan cinta terucap di kening kita, tetapi aku bahagia dengan bintang kenangan yang bertahan walau lusuh terlindas waktu.

      Aku akan berucap cinta meski kamu tak mendengar. Kamu tak melihatku mengucapkannya meski kamu rela mati demi menjadi saksiku berucap. Tetapi melalui tulisan ini, aku utarakan kata yang terpendam semenjak kita mengada. Tak peduli situasi seperti apa sekarang. Aku mencintaimu.

      Melalui dua kata terakhir yang mungkin terlambat aku ucapkan, aku bahagia. Paling tidak aku mengerti bahwa aku juga memiliki kapasitas yang cukup untuk mencinta.





Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Jumat, 15 Februari 2013

Kosong..


Ini adalah barisan kata – kata yang mampu mewakilkan perasaanku, membalut pikiranku, memahami sudut – sudut dalam relung hatiku yang terdalam.. dan inilah senandung itu..

































































Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Kamis, 14 Februari 2013

Valentine (?)


  
Sumber gambar : www.google.com

      Hari kasih sayang atau valentine day merupakan sebuah hari yang dinanti – nanti bagi kebanyakan remaja di dunia khususnya di Indonesia saat ini. Mengapa remaja? Apakah para tetua tak menantikannya? Tunggu dulu..memang.. para tetua atau dengan kata lain manusia – manusia setengah dewasa maupun yang telah dewasa memang juga menantikannya, tetapi porsi penantiannya tak se-menggebu-gebu teman – teman kita yang menginjak usia remaja. Dibalut masa – masa ala remaja dengan dandanan yang khas ke-kimcil-annya, justru ngebikin toko – toko pernak – pernik valentine seperti coklat maupun pernik lainnya jadi laris lho! Thanks to them!

          Lalu? Kenapa aku cuma nyorotin remaja doang yang menggebu – gebu dengan hari cinta ini? Kemana yang lainnya?? Well..mereka aku rasa juga merayakannya, dengan cara mereka masing – masing. Entah hang out bareng temen – temen, stay over di rumah kekasih eh! Rumah temen maksudnya.. ataupun sekedar menikmati malam romantis bareng pasangan masing – masing. Memang para makhluk yang sudah tak remaja ini ga semuanya ngerayain valentine dengan semangat 45! Ada juga yang mungkin merasa hari ini ya kayak hari biasanya. Hari kamis! Bahkan penulis pun sempet lupa kalau hari ini hari valentine kalo ga diingetin sama temen. Hehehe... well..that’s no problem! Esensi dari pemaknaan hari cinta ini yang udah dari sono nya ada tuh emang berfungsi sebagai reminder bagi kita, buat berhenti sejenak dari rutinitas kita, yang mungkin kebanyakan dari kita tenggelam dari berbagai macam kesibukan, bahkan ngakibatin lupa membagikan cinta sama orang – orang terdekat kita. membagikan cinta tuh bisa dilakuin secara sederhana, mungkin dengan memberikan perhatian buat mereka. So, melalui valentine day ini, kita diingetin lagi biar kita jangan sampai alpha dalam memberikan cinta kepada siapapun dan kapanpun juga. Well..mungkin ada beberapa orang yang tak pernah alpha dalam memberikan cintanya kepada sesamanya selain hari valentine ini. Well that’s great guys! Bisa ngebagi-bagiin cinta secara rutin di hari – hari biasa selain hari valentine. Lanjutin gan!

       Cinta disini juga general kok, so para jomblo’ers juga gak usah minder sama yang udah punya pasangan. Cinta bisa dibagikan ke teman – teman maupun keluarga. So, gak perlu saling sirik ya! Ujung – ujungnya sikap saling menghargai juga perlu dimunculkan lagi disini. Inti dari hari ini kan cinta, paling enggak, kita juga diingetin kalo sebenernya kita di dunia itu gak cuma gelut, stress, kerjaan numpuk, but at least kita sadar kalo ini lhoo..kita punya cinta..

         Tunggu apa lagi! Sudahkah kamu membagikan cintamu hari ini? Kalo belum, dimulai dari hari ini, buat dirimu membagikan cinta secara rutin kayak makan 3x sehari, tapi ini jelas gak cuma 3x sehari but as much as you like! Kalo ternyata besok suatu hari nanti kamu tersakiti oleh berbagai macam bentuk penyakit hati yang dilakukan manusia – manusia di luar sana, gak peduli! Keep spreading love though the world give none to you! Just keep loving!



Ad Maiorem Dei Gloriam
With Love,



Amadeus Okky Suryono

Selasa, 05 Februari 2013

Pukul lima lebih tiga puluh menit


          Dering jam wecker yang melantun klasik membangunkanku untuk menikmati hari baruku dan seketika membuatku terkesiap dalam mimpi yang menyesapku semalaman. Meskipun aku selalu dibangunkan oleh lantunan klasik jam pengganggu tidur itu, dering itu tak pernah familiar..selalu buatmu ternganga dan memaksaku untuk membuka mata. Dering yang keras dan panjang..entah mengapa diriku tak pernah mau mengganti bunyi beep beberapa kali yang dilantunkan oleh jam – jam digital masa kini. Aku tetap berkeras dengan wecker klasik yang selalu menjerit ketika fajar melirik pada pukul lima lebih tiga puluh menit.
         
         Sembari mengernyitkan wajah dan menggaruk rambutku yang tak terasa gatal, aku berjalan terhuyung – huyung mengambil peralatan mandiku, mengatur air panas dengan suhu 40 derajat celcius dan mandi. Setelah menyelesaikan ritual mandiku, aku mengambil empat lapis roti tawar yang siap di meja makan, membubuhkan selembar keju ke dalam dua lapis pertama roti tawarku, dan satu telur mata sapi yang kugoreng cepat di penggorengan. Kuselipkan telur itu ke dua lapis terakhir roti tawarku. Menu sarapan ini tak pernah berganti semenjak aku SMA hingga aku bekerja di sebuah perusahaan bonafide seantero negeri. Tak lupa juga aku membuat kopi dengan takaran 2 sendok kopi, 3 gula dan 2 cream untuk menemani ritual sarapanku. Kupakai pakaian kerjaku, dengan kemeja putih, dasi merah, celana hitam kain dan jas hitamku. Aku merangsek menuju kantor tempatku bekerja yang terletak tak jauh dari apartemenku. Dan aku bergulat dengan data – data keuangan perusahaan hingga pukul 8 malam, mengambil kunci apartemenku dengan gontai, membukanya perlahan, mencari sofa terdekat yang terletak di depan televisi dan kurebahkan diriku dengan baju kerja masih menempel di badanku. Biasanya aku langsung terlelap dan terbangun pukul 2 dini hari untuk berjalan ke dapur, meletakkan panci dan membuat mie instan untuk mengganjal perutku. Selesai “makan pagi”, aku berjalan perlahan menuju kamarku sembari menggaruk perutku yang telah terisi, berganti pakaian, dan membanting diriku ke atas kasur. Aku terlelap hingga jam wecker klasikku membangunkanku. Pukul lima lebih tiga puluh menit.

         Apakah aku memiliki wanita? Ya. Dapat dikatakan kami saling mencintai, tetapi tuntutan pekerjaan membuatku terpisah sementara waktu dengannya hingga akhirnya waktu menuntun kita bekerja di 2 kota yang berbeda. Kami hanya bertemu sebulan sekali. Dan sebenarnya, aku hanya menghabiskan waktu keluar dari rutinitas ketika bertemu dengannya meski hanya 3 hari dalam sebulan. Kami biasa menghabiskan waktu dengan jalan – jalan ke luar kota,berkunjung ke berbagai tempat wisata, dan melakukan aktivitas saling memandang yang tak terhitung jumlahnya. Ketika memasuki akhir hari ketiga pertemuan dengannya, kami berpisah kembali dengan pintu apartemennya sebagai saksi perpisahan kami setiap bulannya. Satu kecup di pipi sebagai salam perpisahan dan aku melangkah pergi menuju rutinitasku yang dimulai ketika jam wecker klasikku membangunkanku. Pukul lima lebih tiga puluh menit.

       Akhir pekanku diisi dengan menonton bioskop di salah satu mall terbesar di kotaku, bioskop yang secara rutin kukunjungi setiap akhir pekan. Kubeli popcorn dan minuman soda yang selalu menemaniku nonton meski belum kubeli tiketnya. Dan kupilih kursi terpojok dalam bioskop itu meski dari pojok yang gelap itu, aku dengan jelas melihat berbagai pasangan saling merangkulkan tangan dan menyandarkan kepala di bahu sang pria. Pemandangan yang jelas membuatku iri, membuatku semakin merasakan sepi, dan aku berusaha untuk mengabaikannya dan melemparkan popcornku satu per satu ke rongga mulutku. Film pun usai, aku tetap tak beranjak dari tempat dudukku meski para penonton yang lain telah meninggalkan theater. Aku akan menikmati lima menit berada di bioskop dengan film yang telah usai daripada lima menit berada di apartemenku. Separah itu. Sesampai di apartemenku, aku merebahkan tubuhku, meski waktu masih terlalu awal untuk tidur dan aku bermimpi hingga jam wecker klasikku membangunkanku. Pukul lima lebih tiga puluh menit.

        Aku adalah orang yang mungkin terlalu berhemat, dan mungkin oleh sebab itulah teman – temanku selalu tak mengajakku untuk sekedar hang out dan chit chat di berbagai tempat nongkrong kesukaan anak muda. Karena aku sering menolak ajakan mereka meskipun uang tak menjadi masalah untukku dan aku berusaha untuk melihat secara detil pengeluaranku serta menyesal jika aku mengeluarkan uang terlalu besar karena telah mencoba menyesap kopi di sebuah cafe yang baru kukunjungi ataupun mencoba hal – hal baru lainnya. Ya..boleh saja kamu berkata hidupku hanya berwarna hitam dan putih, dan sedikit berwarna berbeda ketika 3 hari dalam sebulan aku bertemu wanita yang kurindukan. Aku selalu menebak perilakuku ini merupakan bawaan darah dari tiong hoa yang mengalir dalam darahku sekaligus aku yang juga bekerja sebagai staff keuangan. Tetapi hal itu tak dapat dijadikan alasan. Aku tahu itu. Terlepas dari segala alasanku, aku selalu memiliki sesuatu yang dapat diandalkan, yang tak membutuhkan aktivitas hang out, jam wecker klasikku yang setia membangunkanku. Pukul lima lebih tiga puluh menit.

      Pernah..seorang rekan kerjaku mengatakan kepadaku bahwa hidupku seperti robot dimana hidup seperti itu merupakan langkahku untuk melindungi diriku dari sepi. Terlalu takut dengan spontanitas. Terlalu takut lepas kendali. Biarlah. Setidaknya aku tak sendiri. Aku ditemani jam wecker klasik yang selalu membangunkanku. Pukul lima lebih tiga puluh menit.


Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono