Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Sabtu, 30 Maret 2013

When birthday comes through...


        Seorang anak berusia 5 tahun mengusap mata yang telah menempuh perjalanan mimpinya semalam, sembari memiringkan tubuhnya ‘tuk berusaha turun dari tempat tidurnya dan memijakkan kaki – kaki mungilnya ke lantai sembari mengumpulkan keseimbangan. Ketika mendung dalam kelopak matanya sedikit memudar, ia lari bagai dinamo kecil yang berteriak sepanjang lorong rumahnya menuju ke sebuah kamar yang tak jauh dari ruangan mimpinya. “papa...mama...banguuuuuunn!! aku ulang tahuuuunnn...bangguuuuuunn..!!” suara 5 tahun nya menggema di sudut – sudut kamar orang tuanya, menggelitik mereka, meloncat di antara kedua orang tuanya  yang menggeliat lembut sembari tersenyum dan mengelus kepala anak mereka.. “aku ulang tahun pa..ma..ayok banguun...” tangan kecilnya menepuk – nepuk pipi kedua orang tuanya.. dan pagi itu mereka awali melalui antusiasme anak mereka yang menyambut ulang tahun ke – 6 nya.

       Ulang tahun merupakan event tahunan yang jelas – jelas  tidak hanya membangkitkan antusiasme seorang anak berusia 5 tahun tetapi juga setiap manusia lintas usia untuk sekedar sebagai reminder bahwa mereka telah melalui setahun lagi kehidupan yang diberikan kepada mereka. Tak ayal, kebahagiaan yang dirasakan pun tak akan terasa tanpa kehadiran dan sapaan hangat kepedulian dari orang – orang terdekat. Usaha pem-bully-an yang dilakukan pun menjadi ajang bagi para sahabat untuk mempertontonkan tawa dan kedekatan mereka. Tepung dan telor yang diracik ke atas kepala “korban” telah menjadi lagu nasional bagi para sahabat maupun “korban-korban sebelumnya” yang ingin balas pem-bully-an yang telah dilakukan si korban. Pesta traktir mentraktir seolah menjadi suatu ajang “wajib” bagi “korban”, baik itu secara sukarela maupun karena “paksaan”. Dan hari bahagia tahunan special bagi “korban” itu diakhiri dengan tawa yang terbalut dengan lelah yang tak dirasakan selama perayaan..membawanya ke dalam mimpi indah sebagai pelengkap hari bahagianya..hingga para makhluk yang terlanjur terbuai dengan pesta dan tawa yang dilalui bersama sahabat melupakan hal terpenting dari hari yang seharusnya merupakan reminder bagi mereka.. lupa akan diri mereka..lupa memberikan cinta dan perhatian pada pribadi mereka..dan begitu sibuk dengan kebahagiaan duniawi mereka.. ulang tahun “bahagia”...yang kosong...

         Sudahkah kita memperhatikan diri kita dan memberikan cinta terbesar bagi diri kita melalui introspeksi – introspeksi pribadi dan percumbuan batin dengan diri kita? diperlukan waktu hening bagi diri kita..khusus untuk kita..untuk merasakan bahwa kita harus berterima kasih kepada diri kita karena mampu melalui satu tahun dengan berbagai liku..dan sebagian besar kita melaluinya bersama diri kita sendiri..sudahkah kita berterima kasih kepada diri kita dengan cara mengukir resolusi – resolusi yang terpatri dalam hati kita untuk membuat diri kita menjadi lebih baik dan tidak tenggelam dalam kebahagiaan duniawi? Sudahkah? Cintai diri kita dalam kesederhanaannya..buat diri kita damai melalui suasana hening tanpa campur tangan orang lain yang mungkin terasa begitu manis dan berkesan..buatlah kesan yang lebih berkesan bagi diri kita sendiri daripada yang dilakukan orang lain kepada kita..


“Dan dalam ulang tahun..yang terpenting adalah pemberian penghargaan bagi dirimu.. penghargaan dari orang lain hanyalah nilai tambah.. syukuri itu..” – Amadeus Okky Suryono



Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono


NB : ditulis untuk diriku pada pukul 00:00 tanggal 30 Maret 2013.. selamat ulang tahun ya.. J

Jumat, 29 Maret 2013

Cerita seekor anjing..


   Anjing..sebuah kata yang memiliki dua perspektif yang mendalam, tergantung bagaimana kita merasakannya. perspektif pertama, sebuah kata yang seringkali mampu mewakilkan pelampiasan suatu rasa jengkel atau marah kepada seseorang dengan jalan merendahkannya bahwa dirinya sama akan seekor anjing.. suatu “penurunan kasta” dari manusia menjadi binatang sehingga cukup untuk “menyakiti” si penerima dibarengi dengan hentakan intonasi yang menari bersama kerutan seringai ekspresi wajah..perspektif kedua, kata anjing mampu melekatkan hubungan persahabatan dengan intonasi dan timing yang tepat, seolah ikut menghadirkan keberadaan si penerima sebagai seekor anjing yang loyal, sayang akan “tuannya” sehingga kehangatan antara dua sahabat pelontar kata anjing semakin terasa..

     Lalu bagaimana tingkah anjing sesungguhnya dibalik kedua perspektif diatas? Sifat anjing memang berbagai macam. Agresif ataupun jinak, dengan melantunkan gonggongan – gonggongan kebanggaan mereka dengan tujuan mencurigai orang asing yang masuk ke halaman tuannya, ataupun sekedar sebagai lagu kebahagiaan untuk menyambut tuannya yang telah pulang ke rumah.. well, definisi gonggongan pun juga tergantung kita mengartikannya. Aku memiliki sebuah cerita tentang gonggongan anjing yang mampu menjadi pengingat di dalam warna warni kehidupan kita dalam berhubungan dengan manusia.

      Aku tinggal di sebuah kos -  kosan, dimana di dalamnya terdapat 10 kamar yang ditinggali dengan berbagai variasi manusia. Pemilik kosku memiliki seekor anjing besar yang sangat ramah dengan manusia, bahkan seorang asing pun yang melintas di depannya akan ia endus dan berdiri dengan dua kaki belakangnya sembari dua kaki depannya nangkring di badan sang manusia. Anjing tersebut akan terus melantunkan gonggongan ramahnya dan menghentikan gonggongannya ketika mereka telah berhasil nangkring di badan sang manusia atau manusia bersedia untuk sekedar mengelus – elusnya. Spontan, para manusia yang disambut seperti itu pun tak tahan untuk sekedar mengelus kepalanya sebagai balasan akan keramahan dan keantusiasannya. Hingga suatu hari, ada seorang teman yang bermain ke kosku dan ia jarang bertemu dengan anjing. Pada awalnya, ia pun disambut antusias oleh anjing tersebut dengan gonggongannya sembari meloncat kesana kemari dan tak memperdulikan rantai besi yang mengikatnya.. spontan, temanku pun kaget dan berteriak kepada si anjing agar diam sembari memukul kepalanya dengan tangan. Anjing tersebut tetap menggonggong karena “misi”nya belum berhasil. Gonggongan anjing pun ditangkap temanku sebagai suatu ancaman. Di sisi lain, anjing tersebut menggonggong untuk menyambut temanku dengan antusias seperti biasa. Untuk menghentikan “pertengkaran” tersebut, aku berinisiatif untuk mengelus kepala si anjing. Dan anjing itupun diam.

       “pertengkaran” seekor anjing dengan manusia di atas sangat sering kita jumpai di dunia nyata. Tetapi bedanya bahwa pertengkaran ini tentu antara manusia dengan manusia. Pertengkaran dan kebencian terjadi karena kedua belah pihak tak bersedia untuk saling memahami apa yang menjadi keinginan dari pihak lain. Di satu pihak menginginkan apa yang dirasa terbaik bagi hubungan mereka dan berusaha untuk menjejalkannya kepada orang lain, di lain pihak mempersepsikannya sebagai suatu hal lain yang “dirasa” merugikan. Solusi terbaik pun tak tercapai dan pertengkaranpun tak terhindarkan. Hambatannya adalah pada pikiran dari pihak – pihak tersebut yang mengambil sebuah persepsi yang tak sesuai dan merespon berdasarkan persepsi salah di kepala mereka. Alangkah lebih mudah ketika pikiran mengikuti kata hati dimana hati tak pernah salah, mengesampingkan ego akan anggapan diri kita lebih baik atau lebih tau dibanding orang lain dan menyambut segala hal yang terjadi pada kita sebagai suatu hal yang positif meskipun terkadang diri kita didera beberapa hal negatif.  Mulai dari situlah kita dapat menghindari pertengkaran dan menemukan kedamaian dalam diri maupun dalam hubungan dengan sesama..




Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

Senin, 18 Maret 2013

Cuapan makhluk putih merah..


      Pejamkan matamu..bayangkan sosok mungilmu dengan bangga merapikan baju putih yang berdampingan dengan bawahan (celana/rok) merah, membenarkan tas ransel agar layak untuk memeluk punggungmu, kamu melompat dan terduduk di jok belakang motor ayahmu sembari jemari kecilmu berusaha untuk mendekap jaket yang membalut ayah di kemurnian pagi. Motor yang dipacu perlahan juga turut mewarnai jalanan yang hanya berwarna abu – abu. Hingga sampai di sekolah dasar yang kamu harapkan mampu membawa imajinasimu membubung jauh melebihi relung – relung logika.

       Kaki – kaki kecil berhamburan untuk menyambut pelajaran pertama yang menjadi awal dari perjalanan panjang...yang katanya...untuk mengeruk pengetahuan.. dimana kelak entah pengetahuan yang berkembang terkadang menjadi awan kelabu untuk melihat kebenaran.. Kurikulum sekolah dasar mulai membentangkan sayapnya dan menyapa hati para makhluk mungil dengan caranya yang dianggap benar.. melalui berbagai pelajaran dan menekankannya dalam pelajaran moralitas dan agama..dimana pada mulanya, mereka...para orang yang merasa telah dewasa dan menduduki jabatan – jabatan penting dalam dunia pendidikan menganggap dirinya mampu menjadi pembimbing bagi jiwa – jiwa berbaju putih merah tanpa noda dalam pikiran. Mampukah mereka? Waktu pun  semburat berlalu, penanaman moral melalui berbagai pelajaran agama yang mereka berikan justru sering menimbulkan benih – benih pola pikir negatif dalam pandangannya dengan sesama agama lain. Makhluk mungil itu pun ternoda..

     Bagaimana jika sesuatu yang sakral ini tak perlu dijadikan kurikulum? Untuk memberikan celah bagi makhluk mungil pewarna jalanan abu – abu ini dalam membuka pikiran dan secara sadar memiliki pilihan bagi pikiran kecilnya untuk menghirup rasa damai yang menjadi tujuan utama dari masing – masing agama. Tak bisakah?
   
     Waktu pun berlalu menemani perkembangan fisik dan  pengetahuan dari para makhluk putih merah.. sembari terpeluk oleh agama yang pada masa kini disebarkan oleh para pemeluk agama apapun yang mulai tidak bertanggung jawab dengan terlalu memperdulikan keduniawian, sehingga pesan – pesan moral pun tersampaikan secara kelam dan tak tentu arah.. mereka berjalan, tertatih dengan tugas – tugas yang menumpuk dari tempatnya mengorek ilmu tanpa ada rasa kepedulian untuk mengolah hati, mencerna kreativitas, khawatir akan masa depan dan dihantui masa lalu, dan ditinggalkan oleh kandungan kebahagiaan.

      14 tahun berlalu.. makhluk mungil berbaju putih merah pun menginjak perguruan tinggi..dengan rutinitas pencumbuan dengan tugas yang tak berubah..dengan hati yang terbelenggu ketakpedulian..serta agama yang ikut – ikutan memberikan kebosanan yang tak kunjung mencerahkan..media sosial yang tak mendukung kebenaran dan menjunjung tinggi kemunafikan dan pembodohan serta kondisi negara yang tak kunjung bergandengan tangan untuk bersatu dalam satu tujuan. Relakah kehidupan kita digerakkan oleh pemikiran orang lain yang merasa benar tetapi berujung kepekatan di ujung jalan? Relakah kita menyerahkan tombol control kita kepada pemuka – pemuka agama yang semakin tak jelas juntrungannya, kepada lembaga pendidik yang tak menyeimbangkan otak dan hati dalam kurikulumnya, berbagai media sosial yang memberitakan hal – hal yang tak masuk akal baik akal pikiran maupun akal hati serta para pejabat pemerintah yang tak kunjung membuka mata akan kesejahteraan bangsanya dan mengesampingkan kepentingan golongannya? Relakah kita menjadi makhluk yang hanya peduli dengan masalah kita dan menutup hati akan masalah orang lain padahal kita berada pada satu rumah dan atap yang sama yakni langit? Relakah kita membiarkan mereka, para penyebar noktah kehidupan untuk terus menerus memberikan makanan basi bagi pikiran kita dengan berbagai cara?


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 16 Maret 2013

Terbang..


Sudah seminggu Yoghi menjalani ritual hariannya, terduduk di depan laptop butut yang hanya bisa ia gunakan untuk mengetik tugas – tugas kuliahnya, dan juga tak ketinggalan memutar video yang telah menawan hatinya, mengusik pikirannya, dan selalu membuatnya tersihir di depan laptop sembari cengar cengir tak karuan.. video itu berdurasi 4 menit, berisi tentang seorang aktris seusia dengannya dan resmi menjadi pujaan hatinya yang secara manis memberikan pengajaran bagi para pemain gitar pemula untuk memainkan sebuah lagu yang sering ia bawakan.. Mantra aktris itu pun mampu membuat Yoghi berkoar untuk memilih pendamping dengan kriteria seperti aktris penghias laptop bututnya itu.. beautiful, smart, good singer, can play the guitar and piano, can speaks 3 language fluently like english, spain, and mandarin..semua kriteria tersebut dicatat dalam – dalam hingga tak ada bagian dari otaknya yang terlepas sedetikpun tanpa memikirkan aktris penyihir itu..

Segala hal mulai ia lakukan, mem-follow media – media sosial mulai dari twitter, facebook, blog, hingga aplikasi line dalam handphone android miliknya pun tak urung dia lakukan untuk sekedar memberikan fakta bahwa Yoghi dan dia..sedekat tombol chat yang tak juga ditekan untuk sekedar bertegur sapa dengan sang idola.. jantungnya berdegup.. hingga pada akhirnya ia merasa bahwa hanya dengan memiliki contact-nya.. ataupun bisa saja contact itu hanyalah official contact dari sang idola untuk “menampung” fans yang menggila di luar sana, termasuk dirinya, Yoghi berkata meyakinkan dirinya.. “memiliki ini saja sudah cukup..”

7 hari terakhirnya dipenuhi dengan ritual menyanyikan lagu – lagu sang idola ketika mentari mulai menghangat..hingga malam menjemput dan rasa rindu untuk mengenal lebih dekat dengan sang idola ia tenggelamkan bersama pekatnya malam.. bersama waktu, ia menutup mata sembari menandungkan lagu seolah dirinya bernyanyi duet bersama idola..dengan desah nafas mereka yang begitu dekat..diterpa senyum manis dan tatapan sendu sang pujaan hati yang menatap Yoghi dalam angan.. hingga tanpa sadar ia cengar cengir untuk yang sejuta kalinya.. tersenyum karena angan telah begitu baik meninabobokkannya dengan aktris penghias hatinya itu.. dan tanpa sadar ia pun buta.. buta akan sebuah rasa yang dianggapnya cinta..

Yoghi mulai mengambil gitar bututnya yang teronggok di dalam gudang rumahnya, membersihkannya dari debu – debu yang telah tertidur di atas gitar tanpa senar itu selama bertahun – tahun, dan mulai memasang kembali senar – senar yang hilang dan putus.. ia menyapa gitar tuanya.. membelainya.. seolah aktris pujaan hatinya yang juga pintar bermain gitar hidup di dalam gitarnya.. dan ia pun mulai terinspirasi untuk secara otodidak mendalami seni bermain gitar... karena pujaan hatinya..

Dua minggu telah berlalu diiringi sang waktu yang membelai malu..membuatnya tanpa sadar tenggelam akan rutinitas barunya.. rutinitas yang menghidupkan kembali jiwanya.. membuatnya keluar dari jalur – jalur kebosanan..dengan gitar dalam genggamannya, dengan aktris pujaan hatinya dalam angannya, dia menyanyi.. hingga suatu saat ia menyadari, lagu trademark idolanya yang telah ribuan kali ia mainkan..sebuah lagu yang seharusnya mengumbar suasana kebahagiaan..terasa getir ketika ia nyanyikan.. terasa pilu ketika matanya menutup dan menghayati setiap kata yang menari dari mulutnya.. lidahnya kelu.. dan seolah fakta menamparnya untuk membukakan matanya dari kebutaan.. bahwa dirinya tinggal dalam sebuah negeri dongeng khayalannya..yang hanya dirinya yang tahu..dimana hanya dirinya yang menikmati..dalam angan..mendadak,ia merasakan terluka karena jatuh cinta..

Sejenak, Yoghi mengumpulkan kesadarannya, mematikan video 4 menit yang telah berhasil menawannya selama dua minggu lebih, mengganggu rutinitas konsentrasinya, membutakan mata hatinya, ia terdiam..sejenak sudut – sudut mulutnya tertarik, ia tersenyum.. mengatakan dalam hati, “ Ayunda..terima kasih telah menemaniku dalam hari – hari ini..aku..salah satu makhluk pencumbu bumi akan selalu menatapmu di awan, terbanglah.lihatlah ke atas.. dari bawah, aku akan selalu tersenyum dan dengan tangan terkepal memberikan semangat padamu.. terbang!”..

Yoghi pun berjalan menapak tanah..tetapi dengan memikul realitas yang tertenteng di pinggangnya.. Dan idolanya pun terbang diiringi dengan segenap imajinasi Yoghi..dengan membawa hati dan cintanya.. ia terbang..




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Rabu, 13 Maret 2013

Surat untuk idola..


       Dear you..

    Mungkin sangat berlebihan ketika aku mulai menamakanmu cinta pada pandangan pertama dimana faktanya adalah aku pertama kali menatapmu melalui layar kaca. Aku bahkan tak menyadari diriku sempat terhenyak hingga tak alihkan pandanganku dari wujudmu.. suatu hal yang mustahil dan menodai arti nama cinta jika percintaan hanya terjadi secara sepihak yang berupa lanunan kekaguman seorang fans dengan idolanya..Mungkin saja aku bergumul dalam jejalan detak jantung para pria yang juga begitu menginginkanmu..terdesak dan tak tentu arah hingga aku tenggelam di dalamnya tanpa pernah sempat mengenalmu lebih dekat.

      Aku rasa tak ada makhluk yang berpijak di atas tanah yang tak mengagumi senyummu.. dengan gigi putih rata dan lesung pipit yang memikat..dan tatapan sendu matamu yang seolah menyentuh jiwaku meski hanya sebatas di layar kaca..gambar tentangmu begitu dekat..dan aku secara naif mengabaikan fakta bahwa kamu begitu jauh..

     Jujur aku tak pernah merasakan ini ketika berhadapan dengan seorang populer sepertimu. Aku hanya membiarkan diriku terpeluk angan tentangmu diiringi sang waktu. Terbuai akan kelihaian aktingmu dan baru – baru ini, aku dikejutkan akan kepiawaianmu menyanyi dan menari dengan nada – nada gitar.. aku terpesona..

      Aku jadi teringat akan lyric Indigo girls yang kutahu berasal dari sebuah novel karangan Dee berjudul perahu kertas dan aku merasa berada di dalam kandungan bait – bait itu. Begini bunyinya :

            “Maybe that’s all that we need is to meet
            in the middle of impossibilities.
            Standing at opposite poles,
            equal partners in a mystery.”

    Saat ini aku dan kamu berada di dua kutub yang berlawanan.. di tengah kemustahilan..dan hanya bertumpu pada buaian keajaiban.. saat ini aku baru merasakan rasanya mencintai.. tanpa rasa bahagia.. tanpa rasa terluka.. numb..

   Mungkin seharusnya kuakhiri saja suratku ini.. memendam rasa yang mungkin kusangka cinta, membuyarkan khayalan dan merangkak dalam realitas.. bahwa kamu ada, dan memahami bahwa makhluk sepertimu benar – benar ada sudah cukup buatku.. dan untuk itu kuucapkan terima kasih..karena benang takdir memberikanku waktu untuk menikmati keberadaanmu..dari kejauhan..

            Aku berharap dengan berakhirnya surat ini, kamu mau menemaniku menjalani merah jingga hari – hariku..dalam khayalan.. dalam impian.. dan itu sudah cukup..



Aku mencintaimu.. jika memang itu dinamakan cinta..




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Senin, 11 Maret 2013

Aku Takkan Berkhayal..


      Aku takkan berkhayal tentang segumpal awan yang berarak menari tertiup angin dan menutupi hangatnya mentari.. meskipun hal itu membahagiakan manusia – manusia pemijak tanah.. meskipun hal itu menyendukan jajaran hati yang kalut dan tanpa asa..

     Aku takkan berkhayal tentang seorang bidadari cantik yang mengepakkan sayap putihnya dan turun di hadapanku, menatap lembut mataku, tersenyum, mengangkat sebelah tangannya dan membelai pipiku dengan punggung jemarinya.. meskipun hal itu mampu memberikan pelukan hangat kepadaku.. meskipun hal itu mampu tenangkan jiwaku..

     Aku takkan berkhayal tentang burung – burung pipit yang singgah di pekarangan kamarku, meloncat – loncat kecil memungut sisa nasi yang mengering dan tersebar di tanah, berlomba mengisi perut kecilnya dengan paruh mungil mereka... meskipun hal itu mampu merenungkan batin.meskipun hal itu mampu menjadi air yang mengaliri retakan – retakan keringnya hati...

      Aku takkan berkhayal tentang pepohonan dengan kayu tuanya yang kokoh dibalut kerutan khas terlindas waktu, dan meranggas untuk bercumbu dengan musim.. meskipun hal itu membuatku teringat akan waktu yang menjadi sahabat lamaku, untuk sekedar bernostalgia sembari berjalan bersamanya..

      Aku takkan berkhayal tentang ribuan buku – buku bagus yang berjajar di rak buku pribadiku, tergeletak di lantai hingga bergumul dengan debu karena begitu banyak buku yang memberikan dirinya untuk dinikmati...begitu banyak buku  yang merelakan dirinya untuk menemaniku bercakap – cakap dan bersedia menungguku untuk sekedar menyecapnya.. meskipun hal itu membuatku tak merasa sendiri.. meskipun hal itu mampu menyeret mimpi menuju dunia nyata meski hanya sekejap..

     Aku takkan berkhayal bahwa aku memiliki cinta yang begitu lama kurindukan, menghapus kenangan sendu yang menjadi hantu dalam sudut pikirku, dan mengubah kelabu menjadi pelangi di atas gubuk kamarku.. karena aku harus mampu memahami.. kamu adalah khayalanku.. dan aku harus pergi menuju kekasihku yang memelukku di atas tanah sembari menatapmu yang tersenyum di awang – awang.. kekasihku yang baru..realitas..

     Dan terkadang aku menjadi terlalu lelah untuk bermimpi..hingga tak sabar untuk menarikmu dalam pelukku..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono