Seorang anak berusia 5 tahun
mengusap mata yang telah menempuh perjalanan mimpinya semalam, sembari
memiringkan tubuhnya ‘tuk berusaha turun dari tempat tidurnya dan memijakkan
kaki – kaki mungilnya ke lantai sembari mengumpulkan keseimbangan. Ketika mendung
dalam kelopak matanya sedikit memudar, ia lari bagai dinamo kecil yang
berteriak sepanjang lorong rumahnya menuju ke sebuah kamar yang tak jauh dari
ruangan mimpinya. “papa...mama...banguuuuuunn!! aku ulang
tahuuuunnn...bangguuuuuunn..!!” suara 5 tahun nya menggema di sudut – sudut kamar
orang tuanya, menggelitik mereka, meloncat di antara kedua orang tuanya yang menggeliat lembut sembari tersenyum dan
mengelus kepala anak mereka.. “aku ulang tahun pa..ma..ayok banguun...” tangan
kecilnya menepuk – nepuk pipi kedua orang tuanya.. dan pagi itu mereka awali
melalui antusiasme anak mereka yang menyambut ulang tahun ke – 6 nya.
Ulang tahun merupakan event tahunan yang jelas – jelas tidak hanya membangkitkan antusiasme seorang
anak berusia 5 tahun tetapi juga setiap manusia lintas usia untuk sekedar sebagai
reminder bahwa mereka telah melalui
setahun lagi kehidupan yang diberikan kepada mereka. Tak ayal, kebahagiaan yang
dirasakan pun tak akan terasa tanpa kehadiran dan sapaan hangat kepedulian dari
orang – orang terdekat. Usaha pem-bully-an
yang dilakukan pun menjadi ajang bagi para sahabat untuk mempertontonkan tawa
dan kedekatan mereka. Tepung dan telor yang diracik ke atas kepala “korban” telah
menjadi lagu nasional bagi para sahabat maupun “korban-korban sebelumnya” yang
ingin balas pem-bully-an yang telah
dilakukan si korban. Pesta traktir mentraktir seolah menjadi suatu ajang “wajib”
bagi “korban”, baik itu secara sukarela maupun karena “paksaan”. Dan hari
bahagia tahunan special bagi “korban” itu diakhiri dengan tawa yang terbalut
dengan lelah yang tak dirasakan selama perayaan..membawanya ke dalam mimpi
indah sebagai pelengkap hari bahagianya..hingga para makhluk yang terlanjur
terbuai dengan pesta dan tawa yang dilalui bersama sahabat melupakan hal
terpenting dari hari yang seharusnya merupakan reminder bagi mereka.. lupa akan diri mereka..lupa memberikan cinta
dan perhatian pada pribadi mereka..dan begitu sibuk dengan kebahagiaan duniawi
mereka.. ulang tahun “bahagia”...yang kosong...
Sudahkah kita memperhatikan diri
kita dan memberikan cinta terbesar bagi diri kita melalui introspeksi –
introspeksi pribadi dan percumbuan batin dengan diri kita? diperlukan waktu
hening bagi diri kita..khusus untuk kita..untuk merasakan bahwa kita harus
berterima kasih kepada diri kita karena mampu melalui satu tahun dengan
berbagai liku..dan sebagian besar kita melaluinya bersama diri kita
sendiri..sudahkah kita berterima kasih kepada diri kita dengan cara mengukir
resolusi – resolusi yang terpatri dalam hati kita untuk membuat diri kita
menjadi lebih baik dan tidak tenggelam dalam kebahagiaan duniawi? Sudahkah? Cintai
diri kita dalam kesederhanaannya..buat diri kita damai melalui suasana hening
tanpa campur tangan orang lain yang mungkin terasa begitu manis dan berkesan..buatlah
kesan yang lebih berkesan bagi diri kita sendiri daripada yang dilakukan orang
lain kepada kita..
“Dan
dalam ulang tahun..yang terpenting adalah pemberian penghargaan bagi dirimu..
penghargaan dari orang lain hanyalah nilai tambah.. syukuri itu..” – Amadeus Okky
Suryono
Ad
Maiorem Dei Gloriam
Amadeus
Okky Suryono
NB
: ditulis untuk diriku pada pukul 00:00 tanggal 30 Maret 2013.. selamat ulang
tahun ya.. J