Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Sabtu, 24 Agustus 2013

Kurasakan Sakitmu..

Hari ini, Ronnie yang selalu membungakan taman – taman hatiku ini terbaring di sebuah bangsal sederhana berisi 4 orang pasien termasuk dirinya. Ia.. seorang pria yang kukenal selalu mengusahakan yang terbaik bagi dirinya menjadi seolah tak lagi peduli dengan tembok dalam ruangan bangsalnya yang retak di setiap sudutnya.. ataupun kasur tempatnya berbaring yang tak empuk.. ataupun suara ramai para pengunjung dari teman pasien sekamarnya.. Ia hanya memperdulikan rasa sakit di perut bagian bawah, dan terasa sakit ketika buang air kecil.. ia hanya memperdulikan tentang kapan sang waktu mengijinkannya untuk sembuh dari infeksi saluran kencing yang dideritanya.. bahkan ia menjadi seolah tak peduli mengenai fakta bahwa tak ada yang mendampinginya, ataupun duduk di samping pembaringannya untuk sekedar bertanya,”gimana? Uda baikan?”..

            Lalu, dimana aku? Tepat 1 jam pemberitahuan darinya via blackberry messenger yang sebenarnya ditujukan kepada sahabat - sahabatnya termasuk aku, seorang pengagum rahasianya yang juga menjabat sebagai sahabatnya, aku datang di rumah sakit tempat ia dirawat. Aku tak lagi peduli untuk berangkat bersama – sama dengan sahabat yang lain. Aku hanya peduli, ketika aku tiba di samping pembaringannya.. Aku adalah orang pertama yang ia tatap ketika ia membuka matanya dari mimpi indahnya.. dan faktanya, aku memang menjadi yang pertama datang mengunjunginya.. aku tersenyum.

            Senyumanku tak bertahan lama di sisinya semenjak kedatanganku.. aku seolah ikut merasakan jarum infus yang menembus kulitku.. gigi yang gemeretak dan tangan yang menggigil akibat demam yang ikut – ikutan mendampingi.. aku memejamkan mataku.. aku berharap aku dapat ikut menanggung sakit yang dideritanya.. agar ia tak begitu kesakitan.. agar ia tak merasa sendirian..  

          Tak berapa lama, matanya perlahan terbuka.. menatapku perlahan dengan mata hitam kecoklatan yang selalu membuaiku setiap kali aku menikmati sinar matanya.. ia tersenyum sedikit.. dan aku berusaha menampilkan senyum termanis, meskipun memang pada faktanya senyumku tak semanis wanita yang membuatnya jatuh hati saat ini, meskipun senyumku takkan membuatnya secara instan mengejarku seperti ketika ia mengejar seorang wanita yang telah memiliki tambatan hati, meskipun senyumanku tak bisa membuatnya jatuh ke dalam sebuah cinta yang buta.. tetapi senyumku.. sebuah senyum yang aku harap mampu menyampaikan pesan bahwa aku disini.. aku yang terduduk di sisinya.. aku yang mencintaimu dan berharap kamu lekas membaik..


            “Hai sleepy head..tidurnya nyenyak?”
            “ah.. gak juga..pusing banget kepalaku..”
            “minum dulu gih..”
            “gak ah.. masa aku minum dikit aja uda pengen kencing lagi? Sakit tauk..”
            “iya.. namanya aja lagi sakit..udah makan?”
            “udah tadi.. kamu dateng sendirian?”
            “iya.. hehe..trus tadi kamu kesininya dianter siapa ron?
            “sendiri..haha.. kayaknya selama aku di Jogja, kalo aku sakit selalu berangkat sendiri
            deh.. hahaha”
            “lah.. tau gitu kamu bilang aku dong..kan aku bisa anterin..”
            “iya juga ya.. hehehe.. oya, gimana kabarnya Veni? “

           
          Ah..Veni.. wanita yang juga sahabatku sendiri dan membuat Ronnie bertekuk lutut meskipun telah dimiliki Ferdi, kekasih Veni..Ronnie terjebak dalam cinta yang tak berpintu, cinta yang buntu.. hati Veni telah dimiliki orang lain.. dan kekasihku itu tak peduli dengan hal itu.. aku pun menjawab dengan senyum kegetiran dan terkesan asal – asalan..


            “baik – baik aja.. kayaknya lagi nge-date sama Ferdi tuh..”
            “aghh....”


    Percakapan kamipun terhenti dan terbalut tarian kesunyian hingga membuatnya menari dan meninggalkanku ke alam mimpi.. kekesalanku pun seolah memudar.. ketika menatap hembusan nafas teraturnya saat ia tertidur.. ataupun sedikit mengigau.. lucu dan menggoda..aku mengharapkan kesempatan untuk sekedar menyentuh tangannya.. ataupun hal lain yang membuat kulit kami bersentuhan.. dan untuk saat ini.. hanya dalam bayang – bayang saja sudah cukup buatku..

       Kencan kami terbelah ketika sahabat – sahabat lain mulai berdatangan mengunjunginya.. ia pun terbangun dan merajut waktu bersama perhatian yang mereka lemparkan.. aku melihat senyumnya yang selalu buatku terbang dan lupa bahwa tempatku berpijak adalah bumi.. aku menikmatinya.. aku bagaikan terduduk dalam sebuah opera dimana ia dan sahabat – sahabat yang lain menjadi aktor – aktrisnya. Dan  seolah terdapat sebuah saraf penghubung antara tubuhnya dengan tubuhku.. aku tertawa ketika ia tertawa.. aku tersakiti ketika ada hal yang dirasa ia juga ikut tersakiti..

          Tak berapa lama, para sahabatpun pulang.. ia pun terbaring lelah dan hendak meninggalkanku lagi menuju mimpi indahnya.. hanya tinggal aku di sisinya..


            “kamu gak ikutan pulang?”
            “enggak.. aku disini aja..jagain kamu..gakpapa?”
            “yakin? Ya aku sih seneng – seneng aja..”
            “sip.. dah tidur sana..”
           


            Ia pun tertidur.. aku duduk di kursi samping pembaringan..menikmati buliran waktu yang berjatuhan.. bersamanya..





Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono

            

Sabtu, 17 Agustus 2013

Perspektif Independence Day

            Berbagai artikel dan surat kabar saat ini pasti banyak mengkaji kembali makna “independence day” bagi warga Indonesia. Ekonomi yang masih belum stabil, kesejahteraan masyarakat yang masih belum merata, tingkat kriminalitas yang masih cukup tinggi di beberapa daerah, polytikus – polytikus yang nangkring di puncak kekuasaan, kedamaian antar umat beragama yang masih hanya menjadi awang – awang, hingga pancasila dengan garuda yang membawanya terbang tinggi di dadanya.. mungkin terlalu tinggi hingga kita sebagai warga negara Indonesia hanya bisa melihatnya dari bawah tanpa pernah bisa menggapainya..

            Ataupun sektor – sektor lain yang dirasa kita masih “terjajah” oleh bangsa lain dan mempertanyakan kemerdekaan kita sendiri.. belum ditambah dengan fakta yang paling dekat dengan kita, seperti kemana perginya lomba – lomba 17 Agustus’an yang dijadikan sebagai sarana berkumpulnya para warga di RT – RT setempat? Mungkin beberapa daerah masih menyelenggarakan, tapi daerah lainnya? Daerah saya pun, tradisi mengasikkan sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air itu pun sirna.

            Ulasan dan berita – berita diatas begitu memuakkan..begitu membosankan.. bersifat reflektif? Ah gak juga.. malah menumbuhkan kesan bahwa negara kita terlalu banyak aspek negatif.. payah..

            Bagaimana jika kita melihatnya dari kacamata yang berbeda..
            Paling tidak..

            Indonesia yang menginjak usia 68 tahun dalam merasakan tabir kemerdekaan masih menjadi satu kesatuan..

            Masih diperkenankan untuk menghirup nafas hutan hujan tropis dan bergelung di pantai berpasir putih dengan aroma deburan ombak dengan sinar mentari di langit bumi pertiwi..serta berbagai kekayaan alam lain yang tak terlukiskan dengan kata..

            Masih menggunakan bahasa yang kita cintai, bahasa Indonesia untuk menggurat tawa dan menanggung kepedihan dengan sesama kita..

            Masih diperkenankan untuk membantu sesama – sesama kita terutama di daerah – daerah tertinggal melalui berbagai organisasi – organisasi kemanusiaan..

            Masih memiliki nurani yang selalu setia membimbing setiap manusia – manusia Indonesia untuk mengecam ketidak adilan apapun bentuknya, serta mau mendengarkan suara hati untuk solidaritas bagi korban – korban bencana alam seperti gempa di Yogyakarta dan tsunami di Aceh beberapa waktu silam..ataupun berbagai bentuk solidaritas lain yang seperti penggalangan dana bagi orang – orang yang sakit penyakit tertentu dan tak memiliki biaya..

            Masih memiliki kecintaan akan daerah asal mereka ketika mereka sedang berada di luar daerah asal mereka, membanggakan daerah asalnya, merindukan makanan – makanan khasnya, dan mendamba sahabat – sahabat masa kecil mereka..

            Masih diperkenankan untuk mengecap suatu kondisi dimana para manusia yang saling bertemu berusaha untuk menjaga moralitasnya di kala bangsa lain saat ini sedang berusaha untuk bunuh membunuh dengan sesama warganya dan berada di bawah langit yang sama.

            Masih diperkenankan untuk keluar dari pintu rumah tanpa rasa takut terkena pecahan bom yang diluncurkan dari pesawat – pesawat bomber, ataupun tanpa rasa ngeri karena mayat bergelimpangan dan bangunan yang runtuh akibat perang.. suatu kondisi yang berkebalikan dengan negara – negara timur tengah saat ini..

            Masyarakat yang semakin cerdas dalam memilih pemimpin mereka, dan peran kaum – kaum intelektual yang semakin kritis dalam usahanya membangun negara Indonesia..

            Bahkan kita bisa menemukan hal yang paling sepele dan patut kita rayakan di kemerdekaan kita yang ke- 68 ini.. seperti keramahan dan kesopanan antar warga yang masih bisa kita nikmati di beberapa tempat seperti di Yogyakarta ataupun tempat – tempat lain dimana kita merasa begitu nyaman di dalamnya..

            Bungkus ulang tahun negara kita tercinta ini dengan penuh syukur..
            Cecaplah keindahan di setiap huruf pembentuk kata INDONESIA..
            Temukan hal positif dalam negaramu..
            Dan cintai negaramu..
            Mencintai negaramu berarti menerima ia apa adanya..
            Dari situ kita bisa mulai membangunnya dengan tulus..
            Wahai kalian warga Indonesia..para pembangun bangsa!



Dirgahayu Indonesiaku yang ke- 68!!





Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono 

Senin, 12 Agustus 2013

ilusi cinta.

            “hanya ada satu kata yang membebaskan kita dari semua beban dan penderitaan hidup. Kata itu adalah cinta.” – Sophodes


            Mungkin aku dan beberapa orang begitu iri dengan Sophodes. Ia mampu merasakan cinta yang membebaskan.. cinta yang sejati.. kalau kata sejati bisa digunakan disini, dimana jelas para manusia pemijak tanah ber-separuh hati sepertiku begitu mempercayai bahwa tak ada cinta yang sejati..terlalu sering dirudung kekecewaan bahwa hatinya tak kunjung utuh.. hingga sinar cinta meredup dan menari menjauh..hingga cinta dirasa begitu jahat karena selalu meninggalkannya dalam kondisi tergolek lemah dan berkubang dalam kesesakan..

            Entahlah... mungkin aku juga perlu mengingatkan perlunya kesiagaan kalian, wahai para pencinta.. jika tak hati – hati..virus cinta ini akan memberimu berbagai ilusi.. mungkin bisa kusebut sebagai ilusi cinta..

            Aku menatap matanya untuk pertama kalinya..begitu dekat.. meski ketika kita berkenalan berada di suatu tempat dimana sinar rembulan sebagai sang penerang.. tatapan matanya begitu lekat menatapku..sepasang mata yang mampu membuatku terbang tak jelas juntrungannya.. yang dipadu senyuman yang mampu mem-bisa-kan hati dengan virus cinta.. sembari memegang telapak tangannya dan menyeretku menuju awan hitam di pekatnya malam melalui nina bobok suara yang menyebut sebuah nama..nama yang buatku buta... nama yang akan memenuhi sel – sel otakku.. nama yang menjadi sumber dari segala ilusi cinta..

            Aku merasa..

            Tatapan mata yang begitu berbeda ketika menatapku.. berbeda kedalaman maknanya jika ia menatap orang lain..  atau mungkin kuanggap begitu.. dan ilusi cintaku dimulai..

            Ia tersenyum begitu nikmat ketika berada di hadapanku.. senyuman yang dipadu dengan lirikan mata yang jelas – jelas melirik ke arahku.. ah.. senyuman itu untukku.. lirikan itu milikku.. atau mungkin kuanggap begitu..

            Adrenalin miliknya berpacu ketika berada di dekatku..hingga berakibat ia melakukan kesalahan – kesalahan lucu seperti menduduki meja kecil yang ia kira kursi, atau kesalahan kecil lain yang cukup bisa membuatnya tersipu di mataku..

Hingga aku menikmati sebuah perasaan dimana aku merasa telah memenangkan hatinya.. hati yang begitu didambakan berjuta pria yang menunggunya untuk terlelap dalam pelukan mereka.. sekali lagi dalam hidupku.. cinta yang pada akhirnya kusebut virus ini mampu menerbangkanku menuju bintang yang paling terang di penantian malamku..

Dan pada akhirnya aku tersadar ketika bintang yang kurengkuh tak sanggup lagi memancarkan sinarnya..aku panik sembari gravitasi membawaku kembali ke asalku.. sembari membunyikan bedebum yang amat keras dan aku tak merasakan sakitnya.. hm.. mati rasa.. bagaimana bisa? Ya.. ketika aku membelah tubuhku dan mengambil hati yang mulai mendetakkan namanya dari awal perkenalan kita, berjongkok sembari memberikan kepada dirinya.. ia hanya tersenyum.. sambil berkata,”aku tak mungkin menerima detakan hati itu dari seorang sahabat..” . “sahabat??? “, pekikku dalam suara yang tertahan.. syaraf ku mulai mati rasa.. otakku berhenti bekerja.. dan hatiku dipaksa berhenti mendetakkan namanya saat itu juga.. bahkan air mata pun tak mampu menggantikan kepedihanku oleh karena ilusi cinta..

Ya..ilusi cinta..



Aku pikir.. tatapanmu.. senyummu..tingkah lucumu.. itu semua untukku..
            Hanya untukku..





            Aku pikir..






Ad Maiorem Dei Gloriam





Amadeus Okky Suryono        

Selasa, 06 Agustus 2013

Selamat Malam, Kamu..

        Selamat malam kamu, makhluk indah yang mampu membuatku terpaku setiap kali aku menatapmu.. hanya senyum tipis dan debaran jantung yang mampu kubisikkan kepadamu.. hanya angan dan bayangan tentangmu yang mampu meninabobokkan aku dalam lelehan rembulan... hingga aku pun tersadar bahwa aku sedang berada pada mimpi terindahku dimana aku tak ingin bangun lagi..

Pada awal mimpi aku tak begitu yakin aku mampu mengisi helaan nafasmu di setiap bagian relung – relung jiwaku.. aku hanya bergelut pada anggapan bahwa aku telah tersihir untuk sesaat akan pesonamu.. hingga waktu telah memudar..dan aku kesal karena sihirmu tak begitu saja hilang dari pikiranku..dari hatiku...dari jiwaku.. kalau boleh, aku sebut dampak sihirmu ini sebagai cinta..

Ya.. Cinta.

Aku mencintai setiap bagian yang ada dalam dirimu.. aku mencintai tawamu..dengan lesung pipit yang selalu buatku berdesir bagai pasir pantai yang bergelung di bawah lautan.. aku mencintai tatapanmu..yang mampu memberikan sejuta arti tanpa harus mengurai kata..aku mencintai kepribadianmu, kelebihan dan kekuranganmu, yang mampu memelukku begitu erat dan membuatku tersenyum dalam mimpiku..

Terlepas dari mimpi atau tidak.. sadar maupun tanpa sadar.. kucubit diriku..dan rasa itu tetap sama.. bahwa aku mencintaimu..

Hingga sedikit demi sedikit aku tersadar akan sebuah fakta..

Fakta bahwa kamu telah memiliki pendamping, pada awalnya membuatku buta dan menjadi egois.. bahwa aku harus memiliki dirimu.. tapi kita bicara soal cinta.. cinta yang tak egois.. cinta yang ikut berbahagia tanpa harus memiliki.. cinta yang bahagia ketika kamu juga menampilkan secercah senyummu akan hubunganmu dengan pasanganmu.. dan untuk itu, aku mundur perlahan sembari mendekap cinta yang kusyukuri telah hadir secara tiba – tiba.. sebelum rasa ini menyelam lebih dalam lagi.. aku memutuskan untuk bangun dari mimpiku..mimpi indahku..

Tulisan ini aku buat untuk mengutarakan perasaanku padamu..agar tak ada rasa yang tertinggal dan tak terucap.. dan ijinkan aku untuk mencintaimu.. dari suatu tempat dimana aku masih bisa menikmati tawa renyahmu..dari kejauhan..



Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono

Minggu, 04 Agustus 2013

3 in 1

Biru tanpa awan..
Dalam tarian fatamorgana yang mendominasi bumi
Masih layakkah aku melihatnya?

Tiga insan duduk bercengkrama
Diiringi sedu-sedan dan melankoli hati
Melihat alam meraba masa depan walau hanya dengan kata

Persahabatan itu seumpama laut dan pasir
Yang bersama-sama menghadapi pecahan ombak
Bersama-sama menghadapi lelehan senja
Secepat angin bertiup dan setepat matahari terbenam
Tidak menghebuskan rasa yang tertanam

Ketika alam dan malam mulai melirik
Sesaat hati merasa terbeban menahan dingin
Untuk sesaat kenangan tentang kita mulai merajut
Kenangan yang kurasa tak kan lusuh terlindas waktu

Bermacam angka, angka 3 yang kupilih
Dari ribuan mil, hanya dua yang dihati.
Dengan satu alasan, persahabatan yang kekal dihati

by : Okky-Sophie-Depris
Jumat, 26 Juli 2013

KKN 63, Mojosari 21, Gunung Kidul-Yogyakarta





Ad Maiorem Dei Gloriam





Amadeus Okky Suryono

Maaf.. (Rex version)

Maaf..

Sebuah kata yang seharusnya tak kuucapkan karena memang aku benar – benar mencintaimu.. atau itu setidaknya yang aku rasakan. Kamu yang mencintaiku dengan jiwamu..Kamu yang tak layak menerima kekelaman dari dunia sekitarmu..tetapi karena aku..yang mendapatkanmu atas dasar ego sesaat..tanpa memikirkanmu kehidupanmu.. tanpa memikirkan keberlanjutan nafas tulusmu..
            
          Aku membenci diriku karena tak mampu mengajakmu terbang berdampingan denganku.. karena tak mampu berikan kasih yang seharusnya kamu dapatkan.. dan kamu hanya menatapku dari tanah berdebu sembari meneriakiku untuk selalu menjalani hidupku sepenuhnya.. seutuhnya.. dengan atau tanpa dirimu...
           
           Untuk itu aku minta maaf..
            
          Karena telah membawamu ke tengah – tengah hitamnya dunia yang tak sesuai dengan putihnya kamu.. dunia yang begitu membencimu.. dunia yang tak peduli erangan dan rintihanmu..
           
         Karena tak mampu berbuat apa – apa dikala kamu menangis, dan untuk sesaat aku teringat akan masa di kala kamu akan melakukan apa saja ketika aku terluka dan bersimbah air mata...

       Aku malu.. aku tahu bahwa aku tak layak menerima dirimu..dan cintaku tak sependar cintamu yang mampu memelukku begitu hangat..begitu mesra..dengan caramu..

      Sesaat.. aku teringat membelaimu untuk pertama kalinya.. di tengah kondisi yang kotor dan memuakkan.. kamu menghujamkan tatapanmu ke jantung hatiku.. kamu meminta tolong padaku untuk menyelamatkanmu..meski pada akhirnya aku harus mencaci diriku karena tak mampu mempertahankanmu di pelukanku.. dan terseok di tengah dunia yang semakin menghitam..

            Aku hanya bisa memohon dan meratap agar dirimu yang membawa separuh hatiku tetap hidup dinaungi senyuman mentari yang semburat di balik dirimu, antusiasme tanpa kenal mati, dan cinta yang memutih seiring buaian dari sang waktu..

              Sekali lagi.. dengan kelusuhan diriku yang tak pantas menerima putihnya cintamu..



Aku minta maaf..       

Rex, Anjingku yang malang..






Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono