Sabtu, 14 Juli 2012

Ibu dan si Penjaja Roti..

Sumber Gambar : www.google.com


Semburat kehangatan mentari menghiasi Sabtu pagiku.. 14 Juli 2012.. dimana pada tanggal ini.. ketika aku baru membuka mataku dan alunan mentari sudah beranjak tinggi.. tiba – tiba hatiku dimanjakan dengan suatu peristiwa yang mengusik hatiku.. dengan sedikit terhuyung – huyung mengumpulkan “nyawa” sembari menyambar gelas kosong dan mengisinya dengan air untuk mempercepat pengumpulan nyawaku..aku mendengar sayup – sayup di kejauhan, alunan musik khas salah satu “armada” dari perusahaan roti terkenal sebagai tanda mereka sedang berkeliling menjajakan dagangan roti mereka..

Kemudian insting ibuku yang mengerti bahwa rumah harus segera diisi dengan “ransum” bergegas untuk memanggil mas – mas penjaja roti tersebut.. dengan cepat seisi rumah menari penuh gema suara dari teriakan panggilan ibuku kepada penjaja roti tersebut..”mass!! roti..masss!! “ .. berulang – ulang ibuku memanggil tukang roti yang terlihat sedang mengendarai sepedanya secara perlahan.. tetapi dirasa, sepeda yang dikendarainya tak kunjung berhenti dan singgah di depan rumah ku.. tak puas, ibuku mengkombinasikan teriakan merdunya dengan tepukan tangan yang pada akhirnya berhasil membuat mas – mas penjaja roti tersebut menoleh dan memutar kemudi sepedanya hingga singgah di depan rumahku..

“walah masss..musiiik rotinya terlalu keraaas tuuhh..jadi susah kaan manggilnya..”, kata ibuku merujuk pada alunan musik khas perusahaan roti tersebut yang terlalu keras.. kemudian mas – mas penjaja roti itu menyahut dengan suara perlahan dan sopan,” a.. aap bu..(maap bu) u..sik ..nya aa..nn..ti.. i .. e..cil.an..(musiknya nanti dikecilkan)..” seketika, ibuku memahami penyebab utama mas – mas penjaja roti menyetel musiknya keras – keras, yang memang diketahui bahwa seorang yang bisu juga berpengaruh pada kurangnya ketajaman pendengarannya..

Bagaimana bisa perusahaan ini membiarkannya berkelana bersama musik dan roti bawaannya dari rumah ke rumah? Untuk sesaat..aku berusaha untuk memahami..si penjaja roti berbadan kurus ini tak ingin menjadi suatu beban bagi orang – orang di sekelilingnya.. dan terlihat dari tatapan matanya yang tersimpan semangat mudanya seolah ingin mengatakan bahwa ia tak ingin keterbatasan fisiknya ini menjadi suatu halangan baginya untuk menggapai mimpi – mimpi masa mudanya.. dan ia merasa bahwa pekerjaan “batu loncatan” baginya adalah sebagai seorang penjaja roti.. aku merasa tertampar mengingat aku dan “orang sehat” lainnya justru membuat suatu “keterbatasan” menjadi suatu alasan untuk tidak mengerjakan suatu pekerjaan dengan sepenuh hati.. teringat suatu kondisi dimana aku.. yang pada keesokan harinya harus melaksanakan ujian akhir, sedangkan pada sehari sebelum ujian aku “hanya” menderita flu sehingga membuat “alasan” bagi diriku untuk tak belajar dengan sepenuh hati... maupun “orang sehat” lain yang begitu bersemangat untuk mengambil cuti bekerja melebihi waktu yang diperbolehkan dengan alasan pemulihan dirinya pasca operasi, dimana pada faktanya, fisiknya sudah sehat dan siap untuk bekerja..

  Pagi ini..seorang penjaja roti menjadi inspirasi diriku...untuk tidak “memanjakan” diri kita melalui “keterbatasan” kita...dan memang benar kata Paulo Coelho..”when you push yourself to your limit, you’ll realize there is no limit..”




Ad Maiorem Dei Gloriam





Amadeus Okky Suryono      

0 komentar:

Posting Komentar