Kala Senja di Ratu Boko

merasakan getaran suasana candi boko yang mempesona..

Menembus Waktu dengan Romansa

sebuah desahan mimpi yang sangat menggoda untuk disajikan..

De Britto ...

Sekolah cinta...Sekolah hati..

Gua Tritis...kemolekan yang menawan hati..

sebuah perjalanan menikmati kemolekan Gua Tritis yang patut untuk diulas..

Pantai Indrayanti..pantai pemuas hati..

pantai pasir putih yang memesona..

Kamis, 20 Desember 2012

"Inner voice"

Sumber gambar : www.google.com

       Ingatkah kamu ketika duduk di bangku kelas 1 SD, bapak - ibu guru membantu kalian menggurat mimpi sejak dini melalui pertanyaan,” anak-anak, kalo besar mau jadi apa?”. Dengan mata berbinar dan antusiasme yang menyala, jawaban pun mengalir dari mulut makhluk – makhluk mungil yang masih buta akan hitam putihnya kehidupan yang merentang di balik bilik masa kecil mereka. Dokter, insinyur, astronot, presiden merupakan jawaban umum yang sering kita jumpai meskipun seminggu kemudian, beberapa diantara mereka bahkan telah melupakan jawaban yang mereka berikan.

    10 tahun kemudian ketika menginjak di bangku SMA, ataupun mungkin disengaja atau tidak, meninggalkan perpacuan wajib sekolah dan kewajibannya untuk sekolah dengan berbagai alasan, anak – anak mungil yang telah menjelma menjadi manusia yang berusaha menapakkan dirinya dalam kedewasaan kembali dihadapkan akan pertanyaan, apakah cita – citaku? Apakah tujuan hidupku? Kemanakah mimpi – mimpiku yang terbang di balik awan? Apakah ia pergi? Akankah aku merengkuhnya kembali?

       Sembari waktu terus bergulir, dengan pertanyaan yang terus mengusik jiwa mereka, tanpa sadar mereka menapaki suatu kehidupan yang diluar ekspektasi dan suara hati mereka. Ada yang bilang,mereka menempuh jurusan yang salah dalam perkuliahan, ada juga yang bilang,aku kuliah karena orangtuaku menginginkannya dan segala alasan lain yang tak masuk akal ketika mereka mulai berjalan setapak demi setapak di kegelapan dan jauh dari passion yang membara di balik dada mereka.

      Hingga akhirnya anak – anak mungil itu beranjak dewasa, dewasa dalam artian mereka sudah mampu untuk membiayai kehidupan mereka sendiri dengan bekerja di kantor – kantor ber-AC dalam gedung yang mewah dimana raga melakukan pekerjaannya sedangkan jiwa melanglang buana dan terbang meninggalkan dunia kantornya yang kecil dan membosankan. Di tengah jiwanya yang terusik, bahkan banyak diantara mereka yang merasa pekerjaannya “lebih” dengan kemampuan yang “lebih”, merasa berhak untuk mendiskreditkan pekerjaan yang terlihat melalui kacamata mereka yang sempit dan memuakkan.. ya..mereka mampu berkecukupan melalui pekerjaan mereka, tetapi apakah anak – anak mungil yang kini tumbuh menjadi seorang pekerja tanpa jiwa telah memenuhi apa yang begitu mereka inginkan dalam hidup?

       Bagaimana dengan seorang anak mungil yang sekarang tumbuh dalam kesederhanaannya dan menapaki masa – masa kedewasaannya dengan berprofesi sebagai  tukang sapu, tukang cuci baju, tukang sampah, pedagang keliling dan kehidupan mereka dianggap sebagai kaum terasing, kaum malas, tak berpendidikan? Apakah hidupnya tak tenang? Benarkah? Bagaimana jika ternyata mereka melakukan pekerjaannya dengan tulus,nrimo,dan mau melayani sesuai dengan suara hati mereka? Bagaimana jika justru merekalah yang merupakan para pekerja dengan jiwa di dada mereka??




Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono
            

Senin, 17 Desember 2012

Kemana cinta melangkah?


Sumber gambar : www.google.com

Dalam selasar penantian..
Kedua mataku beradu dalam getar - getar nuansa hening..
Terbalut senyum tipis yang memikat kalbu..
Melirik malu..perlahan...dan mendalam..
Serta meringkuk dalam perlombaan pacuan jantung..
Hingga seulas senyum pun terlalu tipis untuk dirasakan...
Terlalu tipis untuk diberikan.
Bahkan guratan di pipi pun tak sanggup merentang nafas..
Ikut terpukau dalam geraman aura pemandangan rona merah di pipi..
Menyatu dalam tarian angin yang ikut berbisik di sela – sela kilau hitam rambutmu..
            Apakah ini hanyalah kekaguman sesaat?
            Membutakan arah..menodakan langkah...
            Mematikan semua indera..terdiam..
            Hingga mendengar sebuah suara yang membelai dalam hati..
            Sebuah suara yang begitu ingin didengarkan..
            Sebuah suara yang begitu ingin dirindukan..
            Mengacuhkan semua fakta – fakta memuakkan..
            Hingga suara itu bergema dalam bilik – bilik ketakberdayaan..
            Sebuah suara yang dengan sombongnya menyebut namanya dengan sebutan..
            Cinta..
Ah..biarlah waktu membimbing hati..
Bagaikan sungai yang mengalir dan kita terbuai dalam arusnya..
Dengan wajah menengadah ke langit..dan tubuh yang terlentang..
Melintasi batu – batu besar yang menghalangi dan mendorong menuju arus yang deras..
Tenggelamkanku..
Bersatu padu dalam usahaku merengkuh nafas hati..
Hingga perjalanan cinta itu mencapai sebuah akhir..
Melayang di atas permukaan danau indah, tenang..
Dengan sinar mentari yang terpantul di permukaannya..
Ataukah justru arus sungai menjadi semakin deras..
Dan mencapai suatu batas..
Yang tak dapat direngkuh oleh relung – relung logika..
Menerjunkanku dalam ketinggian yang bahkan..
Memberikan akhir dari sebuah ketragisan cinta..
Entahlah..
Biarlah hati ini bersiap menikmati bagaimanapun mereka menyambutnya..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Kamis, 22 November 2012

Perjalanan sang kakek..


Sumber Gambar : kamera pribadi


        Rimbun hijau daun pohon jati menyapaku sehangat alunan mentari dan menjadi bumbu perjalanan kami menyusuri lokasi air terjun kesukaan kami sekeluarga yang terletak di salah satu kota di Jawa Timur.mereka seolah terduduk dan bercengkrama sembari berbisik satu dengan yang lain di kala 1-2 mobil melintas di jalan beraspal yang membelah kedua sisi hutan jati.. kulintasi jalanan yang memadukan aura hangat yang membelai kami oleh karena keasrian dan tatapan – tatapan sendu dari para penghuni hutan..

      Sudah sampai waktunya ketika rasa rindu akan aroma alam memuncak dan tak dapat tertahan lagi, mobil kamipun berhenti di satu sisi jalanan beraspal itu..semburat kegembiraan dari adik dan orang tua memiliki nada yang tak terucapkan..alhasil, tanpa mengulur banyak waktu, kamipun menebar tawa dan mengabadikan kesempatan sesaat kami bercumbu dengan alam.

   Beberapa saat kemudian, kusadari..terdapat suatu pemandangan menarik di tengah kegembiraan kami..seorang kakek dengan rambutnya yang memutih, keriput di matanya,berjalan bungkuk dan tertatih serta berjuang untuk tak memadamkan api di matanya.. disampingnya berkumpul beberapa orang pemuda berbadan tegap dan anak – anak sekolah menengah yang mengumbar tawa  sembari menodongkan telunjuknya ke arah kakek yang membopong barang bawaan yang disangga dengan kedua bahunya..dalam diam,kakek tersebut melangkah setapak demi setapak, dininabobokan dalam hening, dan terdapat suatu keintiman antara jiwa kakek dengan alunan musik – musik hutan..

      Ejekan dan cemoohan tak menghentikan langkah lambat si kakek..dengan peluh di wajah..kakek itu terus maju..mendaki jalan setapak yang membelah keasrian hutan jati..demi mendapatkan upah yang kurasa tak seberapa dibandingkan dengan perjuangan yang dilaluinya sepanjang perjalanan..ketenangan jiwanya dengan alam dan Tuhan membuatnya terus merangkak maju dalam jejalan – jejalan cinta..

        Aku tahu..ketika mentari menyambut dan memeluk kakek di penghujung jalan setapak itu..ia tak perlu khawatir lagi..sebab kakek itu tak lagi sendiri..melainkan berdansa bersama gerimis putih dikala mentari masih memeluk dengan erat..



Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono

Rabu, 26 September 2012

Box..



Sumber Gambar : www.Google.com

Terkadang..aku mencapai suatu titik..
Dimana menyatu dalam kelam dan tak tahu harus kemana...
Apa yang ku jamah seolah beku.. dingin tak berbekas..
Pandangan ku menjadi kabur..yang bersetubuhkan kunang – kunang..
menari – nari dalam suasana mistik yang merengkuh kalbu..

            Terkadang..aku melihat diriku berada di dalam suatu kotak..
            Yang kecil, sempit, dan mulai dipenuhi dengan barang – barang tak berguna..
            Barang – barang yang bukannya membantuku untuk menarikku keluar dari kotak..
            Tetapi justu menenggelamkanku lebih dalam ke dasar kotak..
            Semakin aku berontak.
            Semakin aku tenggelam...

Satu – satunya caraku untuk keluar dari kotak?
Ya..menyingkirkan barang – barang yang tenggelamkanku semakin dalam..
Barang – barang yang berbahagia ketika aku meronta di dasar kotak..
Barang – barang yang berkolaborasi untuk ciptakan suatu pematah semangat..
Semangat yang kehangatannya berangsur pudar seiring gema di sudut – sudut kotak..

            Barang dalam kotak ibarat manusia – manusia di sekelilingku..
            Jika manusia itu hanya menjadi pematah semangatku melalui kegilaan mereka...
            Siapa yang butuh mereka??
            Crazy is being miserable..
            Gila adalah hidup dalam kepura – puraan..
            Teman dekat mu berpura – pura mengasihimu..
            Kekasihmu berpura – pura mencintaimu..
            Bahkan yang lebih gila lagi..
            Gila adalah ketika berpura – pura merasa bahagia..
            Dimana hati seakan tertambat..tersobek..dan kosong..
            Dibumbui senyuman manis berbalut luka..
           
Ah.. bebaskan saja mereka dari penderitaan mereka..
Merontalah..
Ambil kembali perasaan sukacita yang diambil darimu..
Jangan tertular dengan kegilaan mereka..
Buktikan...
Dan buat mereka mengerti kalau aku bisa melakukannya!..


Ad Maiorem Dei Gloriam



Amadeus Okky Suryono
           


Minggu, 23 September 2012

ketika cinta menempuh jalan yang berbeda..


    Sumber Gambar : www.google.com

    Sudah 6 bulan semenjak perkenalannya dengan seorang wanita yang juga merupakan teman sekampusnya. wanita yang membuat Randy bersemangat untuk pergi ke kampus.. wanita yang menjadi pewarna di kertas - kertas putih kehidupannya.. wanita yang membuat nya tergila – gila akan segala hal yang dapat dirasakan dari aura yang terpancar di senyuman manisnya, lesung di pipinya, tatapan matanya yang bulat dan mempesona hingga alunan merdu suaranya yang tak sengaja ia dengar tatkala pujaan hatinya bersenandung perlahan sembari duduk bersebelahan dengannya hingga mampu menebarkan antusiasme meski berada di salah satu matakuliah yang paling membosankan, matematika ekonomi..

       Perkenalan 6 bulan yang lalu begitu singkat, tatkala dosen mengharuskan pengerjaan tugas “Wawancara Tokoh Favorit Anda” dalam matakuliah Bahasa Indonesia ini dilakukan secara berkelompok..dimana masing – masing kelompok terdiri dari 4 anak yang dipilih dari kehendak dosen dengan tujuan agar mahasiswa mampu beradaptasi dengan manusia – manusia baru dan mampu bekerja sama.. dan saat itulah..Randy menjabat tangan putih mungil itu sembari mendengar alunan suaranya yang dibalut dengan senyuman ramah dan matanya yang menyipit.. Randy terhenyak..seolah menikmati telapak tangan hitam kasarnya bercumbu untuk beberapa saat dengan telapak tangan wanita pujaannya.. “Aku Cindy..”, ungkapnya..

       Detik – detik pergumulan detak jantung 2 insan yang saling mengobarkan benih – benih ketertarikan semakin terasa dikala guliran waktu yang mereka gunakan untuk menggarap tugas kelompok itu dengan antusiasme menggebu membuat mereka tanpa sadar juga menumbuhkan determinasi bagi 2 anak lain yang sekelompok dengan mereka..

       Pengerjaan tugas yang diiringi dengan tawa, makan bersama di warung pojok diiringi terik mentari pasca mewawancarai seorang tukang becak yang berhasil membiayai anak - anaknya bersekolah hingga ke luar negeri..bahkan pengalaman - pengalaman kedekatan merekapun tak hanya terhenti hingga pengerjaan tugas saja.. tatkala malam minggu menyapa, Randy menghampiri rumah Cindy dan mengajaknya untuk berbincang sembari menikmati udara malam di atas padang rumput yang basah oleh dingin malam.. sayang...langit tak berkenan memperkenalkan bintangnya kepada mereka.. tetapi, mereka berpikir.. "ah..cukup berdua saja semuanya sudah cukup", ungkap Randy dalam hati..

    Alhasil..seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka semakin terasa hingga akhirnya Randy ingin memperkenalkan Cindy kepada sahabatnya yang paling mencintainya, Yesus.. mendengar itu, ekspresi Cindy berubah sendu diiringi dengan gurat mata dan bibir yang berubah kelabu..meski mereka sama – sama memeluk Salib sebagai sahabatnya, perbedaan Katolik dan Kristen dianggap tetap berpengaruh bagi orang tua Cindy..

       Randy dan Cindy yang terlanjur tenggelam dalam aroma percintaan seolah ingin menutup telinga, mata dan hati mereka hanya untuk memeluk apa yang menjadi keinginan mereka berdua..tapi terkadang kenyataan membuat bulir – bulir keindahan menjadi mengalir tanpa warna.. bahkan kelam dan terkungkung dalam ketiadaan..

      6 bulan sudah berlalu semenjak perkenalan Randy dengan wanita pujaannya.. ia tetap menikmati aura keramahan yang dipancarkan Cindy, kerlingan matanya, senyuman manisnya, lesung di pipinya, dan ia tetap menikmatinya.. dari kejauhan..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono



Sabtu, 15 September 2012

Rex..


Ketika embun pagi ditemani senandung kokok ayam jantan menyapa pagi..
Kubuka perlahan kelopak mataku sembari disambut temaram lampu tidurku..
Pikiran pertamaku tuk awali hari menyeruak dan sambut hari..
Isi pikiranku pertamaku?
Kamu..

            Semenjak ada kamu..
            Suasana pagi yang masih diselimuti kegundahan malam seolah memudar..
            aliran yang menenangkan dari tatapan matamu..
            menghujam dalam ke rongga dada yang usikkan jiwa..
            tak ketinggalan senyumanmu pun hiasi pagi..
            dan ekor mungilmu yang menari iringi riuh hatimu..

aku ingat..
ketika semangat itu memudar karena kelabunya lika liku kehidupan..
ketika sesama manusia tak lagi berguna untuk menebarkan benih antusiasme..
dalam detik demi detik yang bergulir dalam keraguan..dalam kepalsuan..
yang menyatu dalam noktah – noktah kebencian dan iri hati..
dan mengalun dalam nada – nada yang memuakkan..

            hingga pikiranku terkulai lemas dalam meniti hariku..
            kubuka pintu kamarku dengan mata sendu dan hati yang pilu..
            sekejab, kamu menyeruak menyambutku..
            bergelora dalam gelombang antusiasme dan semangat yang menggebu..
            dan melompat ke dalam dekapan hangatku..

kututup pintu kamarku..
kunikmati saat – saat ketika auramu menghiburku begitu dalam..
ketika gigitan – gigitan mungilmu mengajakku untuk berteriak dalam gairah..
ketika langkah – langkah kecilmu buatku tuk tersenyum dalam aliran yang menggemaskan..
kulihat..
pintu kamar itu masih tertutup..
dimana di dalam kamar itu hanya ada duniaku, dan duniamu yang menjadi satu..
dunia bebas yang hanya ditemukan di balik dinding hati..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 08 September 2012

Rio..Pejuang Jalanan..

Sumber Gambar : www.Google.com

           Tepat pukul 12 siang..ketika mentari benar – benar memamerkan kelembutan sinarnya.. Rio menyeka peluh di wajah polosnya, sembari menenteng tas selempang kecil berwarna hitam yang bersandar di pinggangnya, dan mondar – mandir menghampiri dan berusaha me-lap kendaraan jalanan yang singgah beberapa detik di perempatan beraspal yang lebar itu dengan lap lusuhnya...menyungging senyum kecilnya dan menikmati pemandangan para pengendara menghela nafas dan menunggu nyala hijau traffic light...

         Satu per satu para pengendara mengangkat tangan tanda tak memberi bocah 6 tahun itu receh harapan hidupnya..tak menyerah, kembali satu per satu peluh mengalir di pipinya yang mungil, meringis karena terik, bahkan mungkin telapak kakinya yang telanjang mencium jalanan aspal telah sobek dan terluka..

         Kesenduan Rio sedikit terobati tatkala ada 1 – 2 pengendara memberikan 5 keping uang koin Rp 100, sembari mengucap kata “terima kasih” yang telah dilupakan banyak orang..senyuman membersit di bilik – bilik pipinya..dan dengan bersemangat menggelontorkan recehan itu ke tas selempang mungilnya..

         Tak berapa lama kemudian, dipinggiran trotoar terlihat sepasukan anak kecil berbaju pramuka berjalan bersama dengan wajah menengadah ke atas, bersenandung dan tertawa – tawa melintasi pepohonan yang rindang, membayangkan permainan apa yang akan mereka mainkan sepulang sekolah mereka..membayangkan makanan apa yang ingin mereka makan di rumah..membayangkan cinta masa kecil mereka di balik angan mereka..dan angan itu berlalu jauh..melanglang buana..

      Di sudut jalan lain..2 orang anak perempuan berumuran 8 tahun menggurat senyum satu sama lain, mengayuh sepedanya sembari berbicara mengenai cowok – cowok tampan di sekolah dasar tempat mereka merakit ilmu..semangat mereka memudar dan beralih dengan nuansa sinis ketika topik yang mereka bicarakan mengenai teman mereka yang memiliki tas sekolah dengan warna yang gemilang.. percakapan mereka di atas kayuhan sepeda pink dan putih terus berlangsung hingga beberapa saat kemudian hilang tersapu angin..

    Rio menatap mereka di samping kendaraan yang menderu di atas zebra cross..melihat isi tas selempangnya beberapa lembar uang dan segepok receh...menggeleng sejenak dan mengubur keinginannya untuk bersenandung bersama pasukan berbaju pramuka itu dan merengkuh awan..

     Kembali..Rio mengusik hati mungilnya..dan berkata..”Nanti..aku mau kaya..mau bantu papa mama..nanti.. “ .. dan Rio kembali memungut lap lusuhnya yang bertengger di bahunya dan mengarungi putaran kendaraan jalanan yang berhenti itu..Hari baru dimulai..





Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Jumat, 31 Agustus 2012

Tugas Kuliah, mempelaiku..


Senja menggurat sendu pada akhir sebuah hari
Awan berarak lesu disambut angin yang menari malu...
Waktu bergulir dalam aroma lelah dan berujung resah..
Dampak aura yang merasukiku di sepanjang minggu..

            Seminggu sudah perkuliahan menyambutku..
            Paksaku ‘tuk bercinta hingga deru nafas dan lelah mendera..
            Nodai waktu yang seharusnya kunikmati..
            Dengan segala aktivitas yang buatku mengerti akan gairah hidup..
            Pikirku..

Senyuman di awal minggu menjadi tak setia dan hilang tinggalkanku..
Biarkanku terseok dan merana di penghujung minggu yang kelabu..
Penuhi pikiranku akan kekhawatiran hari esok..
Akan tugas kuliah yang menjadi mempelaiku paling menggoda..
Bagaimana jika tugas kuliah ini menghianatiku esok hari?
Bagaimana jika aku yang telah berusaha mencintainya..
Merasa bahwa ia tak mampu membalas cintaku?
Aku mendesah...

            Ah..aku tak peduli..
            Walau ia tak pedulikanku, aku telah berusaha mencintainya sepenuh hati..
            Aku telah berusaha menikmati setiap guliran waktu bersamanya...
            Aku telah memberikan rasa cintaku dan kulakukan dengan tulus..
            Jika ia justru membuat senyumku hilang tanpa harapan..
            Jika ia penuhi otakku hingga garis mataku menjadi kaku..
            Dan bernafas pun terasa berat...
            Aku tak peduli..

Meski hari – hariku dipenuhi dengan angan tentangmu..
Hingga merasuk ke dalam mimpi – mimpi burukku..
Dan ku tak dapat menikmati tawa dengan orang – orang yang kucintai..
Hanya karena pikiran tentangmu mendominasi otakku..
Aku tak peduli..

            Senja hari ini..
            Aku akan berusaha untuk lebih mencintaimu dan mencintai diriku juga..
            Ketika aku berusaha bernafas dan kau memelukku begitu erat..
            Aku akan membalas pelukan hangatmu..
            Senyuman tak akan hilang dari garis wajahku..
            Meski angan tentangmu terkadang pisahkan aku dan sang waktu..
            Sembari aku menikmati tertawa bersama orang – orang yang kucintai..
            Dan menikmati setiap desah nafas dengan hadirnya kau disisiku..
            Hingga aku dan kamu menjadi satu..


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono


Senin, 20 Agustus 2012

Ketika Lebaran Tiba..


     
Sumber Gambar : www.Google.com
     
      Libur Lebaran terutama bagi umat muslim menjadi suatu kata yang familiar dengan merajut kebersamaan, terutama di antara anggota keluarga setelah sebulan mereka berpuasa. Bahkan tak hanya umat muslim, umat – umat non muslim juga menjadi tertular akan semangat kebersamaan mereka dan ingin ikut merayakan pula bersama anggota keluarga mereka di rumah sembari menjauhkan diri mereka dari berbagai macam aktivitas yang mendera keseharian mereka.

      Tak pelak, pertemuan antar anggota keluarga menjadi suatu dampak penimbul tawa dan pelukan hangat, serta menjadi pemupuk semangat di kala pikiran dan hati menjadi sekering daun – daun yang berguguran..bahkan kita rela untuk membelah kemacetan jalanan, bermandikan mentari, berpeluh dan berdesak – desakan dengan manusia – manusia yang juga rindu akan hangatnya sebuah kata, Keluarga..

       Tetapi..para manusia – manusia perkotaan dari segala usia yang pikirannya telah dipenuhi oleh beban – beban pekerjaan, menyeret ruwetnya pikiran dan membawanya ke dalam hangatnya rumah orang tua maupun saudara – saudara mereka..alhasil, ketika beban pikiran tersebut tetap tinggal dan menetap di pikiran – pikiran mereka, tawa dan canda antar anggota keluarga menjadi hambar dan hangatnya senyuman menjadi dingin..

      Bahkan sering mereka berbincang – bincang, membicarakan anak – anak mereka yang sudah tumbuh besar dan bersekolah di sekolah kebanggaan mereka, terkadang membicarakan hobby yang sama – sama mereka sukai, ataupun berbagai macam topik yang mereka dengungkan ketika bersandar di bahu para anggota keluarga mereka..tetapi di samping itu, tawa dan perbincangan yang mereka ajukan seolah menjadi bumbu ketika pikiran mereka berkelana dan menari terhembus angin pagi hingga terbang dan berkelana entah kemana.. ya.. pikiran mereka mengkhawatirkan bagaimana pekerjaan mereka pasca libur lebaran..bagaimana anjing – anjing di rumah apakah mereka baik – baik saja? Bagaimana..bagaimana..otak mereka diisi dengan hal – hal di luar kehangatan dan kenyamanan rumah tempat orang tua dan saudara – saudara mereka berkumpul..

        Pikiran mereka tidak menyatu dengan raga mereka..

      Bagaimana bisa kita menikmati kebersamaan dan merasakan nostalgia bersama keluarga di rumah jika kita terus khawatir? Akan pekerjaan kita? akan kehidupan kita yang akan datang? Banyak buku – buku motivasi mendengungkan kepada kita bahwa kehidupan kita yang sebenarnya adalah saat ini juga.. dan ada juga pepatah yang mengatakan, “ yesterday is a history, tommorow is a mystery, but today is a gift..that’s why it called present.” Hingga sudah selayaknya di lebaran ini, keluarga kita menyambut kita seutuhnya dalam pangkuan dan genggaman mereka..

Nikmatilah..


Ad Maiorem Dei Gloriam


Amadeus Okky Suryono 

Kamis, 16 Agustus 2012

Cinta.. Bernyanyilah..


Udara pagi seakan menyeruak dan mengisi rongga nafasku..
Pagi seakan begitu jahat dengan semilir angin dingin membekukan..
Hingga air pun terhasut untuk menggumpal menjadi bongkahan es kecil..
Karena begitu takut membahagiakanku dengan belaiannya..
            
            Ketika segalanya berubah menjadi dingin dan tak berarti..
            Tak peduli akan haus dan dahaga ditengah guratan ke-abu-abuan langit..
            Tapi kurasakan seberkas angan hangat yang buatku bertahan..
            Di tengah badai salju yang menjadi kelam dan ternoda..

angan hangat itu mengalun lembut..
Yang mengalir secara perlahan mengisi setiap denyut jantungku..
Menari dan berdansa dalam bahasa kalbu..
Sembari diiringi dengan kehangatan kebersamaan.
Aku dan kamu..
           
            Tiap lagu yang kita nyanyikan..
            Tiap nada yang kita dendangkan..
            Senyum dan tawa yang terbatuk pilu..
            Bayangan kenangan perlahan terbang dalam bilur – bilur angan..

Untuk beberapa saat, kembali aku tergelitik oleh setetes embun yang menjadi beku.
Terjatuh..pecah..dan kristalnya menggaung memecah sunyi..
Hingga tuk beberapa saat kurasakan dinginnya tulangku yang bergemeretak.
Kesadaranku-pun menjadi goyah..dan terantuk kembali ke dalam angan tentangmu...

            Di tengah godaan semilir angin..dan bekunya hati..
            Aku hanya ingin mendengar sendu suaramu..
            Nyanyikan lagu romantika yang memanggil jiwaku..
            Untuk menyatu dan tinggal bersamamu.

Menyanyilah cinta..
Berdendang dan tersenyumlah..
Nyalakan selalu kehangatan yang diberikan melalui lagu yang kau nyanyikan..
Untuk sekedar memelukku yang meringkuk di atas pembaringanku yang dingin dan sepi..
Dan aku tahu..aku tak sendiri..
  


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 11 Agustus 2012

Bahasa Indonesia vs Bahasa Jawa

Sumber Gambar : www.google.com

Malam menjadi dingin..dalam gemerisik lembut dedaunan yang dibelai angin..dan keheningan malam seakan terbelah ketika kudengar seruan di kejauhan,”ky..ikut mbah adorasi ekaristi di gereja yuk..” aku yang asing akan kosakata adorasi ekaristi pun langsung manut saja akan ajakan eyangku. “Yah..sekali – sekali lah mengikuti kegiatan rohani”, pikirku.. malam itu sekitar pukul 9 malam, kamipun membelah dinginnya malam dengan sepeda motor dan ditemani dengan erangan mesin yang menderu dalam heningnya bulan..

Tak sampai 10 menit kamipun tiba di salah satu gereja di Ceper, Klaten dan kedatangan kami disambut dengan aura ke-khusyukan gereja tersebut dari dalam. Adorasi Ekaristi pun dimulai dan “memaksa” obrolan – obrolan umat yang mayoritas menggunakan bahasa Jawa pun terhenti. Ya! Adorasi Ekaristi merupakan suatu konsep berdoa Rosario dan Ekaristi singkat yang dilakukan secara bersama – sama, dan kebetulan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Aku memang pernah belajar akan bahasa Jawa, dan mengerti apa yang dimaksud ketika ada orang yang menggunakannya, tetapi sangat jarang aku menggunakannya. Kegundahanku pun dimulai... 

Konsep berdoa rosario secara bersama – sama mengharuskan umat untuk secara bergantian dan urut dari tempat duduk mereka untuk melafalkan doa Salam Maria dan Bapa Kami ditemani dengan tarian api diatas lilin menemani mereka yang melafalkannya. Dalam hati aku merasa malu mengapa aku tak sering menggunakan bahasa Jawa agar dapat menggunakannya di saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua ataupun di saat – saat berdoa dengan pengantar bahasa Jawa seperti ini.

Ketika tiba giliranku, seorang ibu tua sepertinya mengerti kegundahanku yang tak fasih berbahasa Jawa dan lilin kecil itu menghampiriku, tanda itu adalah giliranku melafalkan doa Salam Maria. Beliau membisikanku dari belakang dengan berkata,” pake bahasa Indonesia juga gakpapa..” sontak aku tersenyum kecil dan melafalkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, yang disambut oleh umat yang lain dengan bahasa Indonesia pula.

Syndrom yang aku alami kurasa juga dialami oleh hampir sebagian besar generasi muda Indonesia yang saya temui, dimana mereka merasa bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang gak keren. "Hari gini mah lebih gaul pake bahasa Indonesia, gak usah pake bahasa jawa" . Bahasa Jawa merupakan bahasa budaya di pulau Jawa yang menganut tata krama ketika sedang berbicara kepada orang yang lebih tua ataupun kepada siapapun untuk mengakrabkan suasana. Aku pun lebih menghargai para putra daerah yang berasal dari luar pulau jawa, dimana mereka sering menggunakan bahasa mereka untuk sekedar berbincang kepada orang tua mereka maupun teman – teman mereka. 

Pola pikir tidak adanya apresiasi kepada budaya ini sudah merembes ke putera – putera Jawa yang tinggal di perkotaan pada umumnya. Para generasi muda ini seakan apatis terhadap penggunaan bahasa Jawa yang tak keren ini, hingga akhirnya berdampak pula pada budaya mengapresiasi penampilan dalang yang menari bersama wayang  - wayang nya yang turut menjadi luntur. Hanya satu dua anak muda yang mau dan berminat untuk duduk lesehan sembari menikmati alunan gamelan dan Sinden yang mengarak para wayang kulit untuk beraksi. Tontonan indah berbahasa jawa ini seolah tak menjadi tren anak muda saat ini yang lebih suka menonton film – film korea yang kebanyakan dikarenakan wajah – wajah para aktor – aktris nya yang ganteng dan cantik.

Ketika sekelumit kondisi generasi muda kita tak mau mengapresiasi bahasa jawa sebagai salah satu budaya kita, bermain karawitan pun menjadi imbasnya. Dikarenakan stigma para generasi muda Indonesia khususnya di Jawa yang menganggap bahwa salah satu bahasa budayanya gak keren, mereka akan menganggap yang berkaitan dengan Jawa-jawa nan juga gak keren, termasuk karawitan. Suatu hari, saya melihat program tv berjudul Jalan – Jalan di salah satu TV swasta, dimana mereka melaporkan dari Jepang dan mewawancarai beberapa orang Jepang pasca pertunjukan Karawitan mereka. Pikiran pertama yang muncul di benakku,”Apa?? Orang Jepang yang notabene tinggal di luar wilayah Indonesia justru MAU untuk memainkan apalagi melestarikan budaya Indonesia seperti Karawitan?? Trus generasi muda kita??” 

Aku mengajak semua generasi muda baik yang masih seperti saya, yakni belum dapat menggunakan Bahasa Jawa tetapi sebenarnya mengerti apa yang dimaksud ketika mendengarkan bahasa tersebut diucapkan, maupun generasi muda yang sama sekali blong gak tau apa – apa tentang salah satu bahasa budaya tempat ia tinggal, yuk sama – sama turut ambil bagian dalam upaya kita melestarikan dan mengapresiasi budaya kita yang keren abis ini.



Ad Maiorem Dei Gloriam





Amadeus Okky Suryono   

Selasa, 07 Agustus 2012

Palsu!


Ketika pagi menjadi dingin..
Dalam alunan ejekan burung – burung yang bersukacita di atasku.
Belaian semilir angin menjadi tak menyegarkan dan mengganggu selera..
Kokokan ayam pun tak mampu membantu goreskan gairah hidup..
        Hatipun beku, dan kehangatan mentari tak sanggup mencairkannya.
Mata seakan  menerawang ke suatu alam yang tak jelas ujung pangkalnya.
Dimana kesunyian justru menjadi sesosok temanku yang paling kusayangi..
Hingga angan yang berwarna pelangi itu tak tampak lagi..

Malam terasa begitu jahat..
Dengan noda hitamnya yang semakin belenggu diriku begitu erat..
Seolah guratan merah dan kuning yang biasa menghiasi langit hati..
Kalah dan hilang entah kemana..
        Ku baringkan diriku dalam keramaian..
Yang kutemukan hanyalah kepalsuan .. palsu..
Dengan menebar senyuman dingin yang membekukan..
Yang kurasakan hanyalah tatapan sinis dan bukan optimistis..

Beberapa menunjukkan wajah datar menggeloranya..
Berusaha untuk menikam kepalsuan dan menggoyahkannya..
Tetapi yang ada hanya menyiratkan datar penuh benci..
Tanpa antusiasme..tanpa semangat berbagi.. apatis!
        Senyuman sosial kembali berusaha ditebarkan seorang yang lain..
Yaahh..sekedar ba..bi..bu..
        Menyatu dalam kepekaan yang menjadi sulit..
        Yang membosankan dan memuakkanku..

Tak bisakah kau menjadi ANJING?
Yang jujur dan tanpa lelah menggigit rasionalitas dan perjuangkan persahabatan
Yang melompat kepada yang tak dikenal dan mengendus untuk memahaminya lebih dalam..
Yang berani menunjukkan dirinya yang sesungguhnya..
Hingga menjadi musuh kepalsuan no.1! 
       Malam semakin larut...dan bintangpun enggan memoles sinarnya..
Kurasakan kawanan anjing begitu sukacita dalam gonggongannya..
Mereka berpesta dalam ketulusannya..sembari mengejek manusia..
Karena tak bisa berperilaku seperti mereka!


Ad Maiorem Dei Gloriam




Amadeus Okky Suryono